|

Muslimah Reformis

Benarkah Ibuku Merayakan Peran Domestiknya?

Tanggal 22 Desember bertebar ucapan Selamat Hari Ibu di media sosial misalnya Facebook dan Instagram. Masyarakat Indonesia menyakini tanggal 22 Desember sebagai hari Ibu. Tidak heran anak-anak mengucapkan rasa terimakasihnya kepada Ibu atas perawatan, didikan, dan kasih sayang yang diberikan seorang Ibu. Di instansi sekolah dari TK hingga SMA, organisasi maupun lembaga pemerintah tidak ketinggalan membuat ucapan dan mengadakan acara peringatan hari Ibu. Peran ibu sebagai wajah domestik begitu kental pada perayaan tersebut. 

Timbul pertanyaan kenapa 22 Desember dirayakan sebagai Hari Ibu? Sejarah mencatat awal mula ditetapkan Hari Ibu saat terjadi kongres perempuan. Kongres perempuan I pada tahun 1928 di Yogyakarta. Perempuan yang terlibat berasal dari Sumatra dan Jawa. Beberapa point yang disepakati saat Kongres Perempuan Pertama meliputi persatuan perempuan nusantara, peran perempuan dalam perjuangan menuju kemerdekaan, peran perempuan dalam aspek pembangunan, peran perempuan dalam perbaikan gizi dan kesehatan ibu dan balita, pernikahan usia dini bagi perempuan dan lain sebagainya.

Tahun 1959 dilakukan Kongres Perempuan Indonesia II pada kongres tersebut dibentuk BPBH (Badan Pemberantasan Buta Huruf) dan menentang perlakuan tidak wajar atas buruh wanita perusahaan batik di Lasem, Rembang. Lalu kapan ditetapkan hari ibu? Hari Ibu baru ditetapkan pada Kongres Perempuan Indonesia III tahun 1959 oleh Presiden Soekarno melalui Dekrit Presiden Nomor 316 tahun 1959. Sejak saat itu ditetapkan sebagai perayaan hari Ibu Nasional.

Dengan melihat sejarah penetapan hari Ibu, peringatan hari Ibu sejatinya mengingat kembali sejarah perjuangan tokoh-tokoh perempuan menuju kemerdekaan misalnya Christina Tiahahu, Cut Nya Dien, Cut Mutiah, R.A Kartini, dan Walanda Miramis. Tokoh perempuan pengerak organisasi perempuan misalnya Dewi Sartika, Nyai Achmad Dahlan, Rangkayo Rasuna Said, dan tokoh lain yang tidak bisa disebutkan karena keterbatasan referensi. Perempuan-perempuan tersebut menjadi motivasi generasi perempuan di masa depan untuk berkhidmat pada bangsa dan negara.

Selama ini terjadi perbedaan makna dalam perayaan hari Ibu di Indonesia sebab perayaan hari Ibu disempitkan dalam wajah peran domestik seorang Ibu. Padahal sejarah mencatat bahwa peran Ibu tidak terbatas urusan keluarga dan tidak ada upaya penghormatan dan peringatan peran Ibu secara domestik. Berbeda di Amerika Serikat perayaan hari Ibu jatuh pada 10 Desember sejarahnya diawali dengan menyatukan kembali keluarga yang terpecah karena Perang Saudara. Pencetusnya adalah Ann Jarvis yang membentuk komite untuk membuat Hari Persahabatan Ibu. Ia memiliki mimpi untuk merayakan Mother’s Day pada 10 Desember sebagai peringatan tahunan. Anna Jarvis meninggal tahun 1905 sehingga putrinya memperingati Mother’s Day untuk pertama kalinya pada 10 Mei 1908 guna menghormati dan mengenang hari ibunya.

Lalu bagaimanakah perayaan relevan pada momentum Hari Ibu pada 22 Desember? Pertama, sekolah, organisasi dan lembaga pemerintah sebaiknya melakukan refleksi sejarah penetapan Hari Ibu dengan mengenang para pahlawan perempuan yang terlibat dalam Kongres Perempuan. Kedua, mengajarkan nilai-nilai heroik yang dimiliki oleh para perempuan yang terlibat dalam kongres tersebut. Ketiga, mengungkapkan kembali masalah-masalah perempuan yang terjadi di Indonesia sehingga perempuan menyadari bahwa kondisi perempuan di Indonesia memiliki tantangan besar untuk dapat bergerak maju dan berdaya.

Moment perayaan hari Ibu menjadi refleksi penting terkait kiprah perempuan, baik itu pilihan perannya di sektor domestik, publik ataupun yang memilih memiliki peran keduanya yaitu publik dan domestik. Bagi yang memilih aktif pada sektor publik dan domestik kesehariannya perempuan menjalankan empat wajah. Pertama, sebagai wajah seorang Ibu memiliki peran untuk menyiapkan dan mendidik generasi masa depan yang setara dan adil. Kedua, wajah seorang anak memiliki peran untuk berbakti penuh khidmat pada kedua orang tua. Ketiga, sebagai wajah seorang istri memiliki peran untuk memberikan teladan sebagai perempuan berdaya dan maju dalam keluarga. Keempat, wajah sebagai pekerja memiliki peran melakukan kepemimpinan dengan yang adil, setara, humanis, bertanggung jawab, ulet, toleran, dan berkemajuan dalam merespon kecepatan pertumbuhan dan perkembangan zaman. Namun perlu digaris bahwahi bahwa peran empat wajah ini bersifat optional bagi perempuan. Apapun yang menjadi pilihan perempuan patut diberikan apresiasi karena sudah melaksanakan perannya dengan penuh dedikasi.

Sejarah mengajarkan bahwa seorang perempuan kiprah dan perannya sangat diperlukan untuk mewujudkan negara yang adil, setara, dan maju. Hal ini pentingnya masyarakat menyadari bahwa momentum hari Ibu pada 22 Desember bukan perayaan domestik seorang Ibu namun peran perempuan untuk memperjuangkan kemashlahatan untuk umat dan bangsa.