Selama masa pendemi Covid -19 banyak penyesuian yang harus dilakukan. Perempuan mengisi ruang-ruang publik dalam menyuarakan berbagai permaslahan dan turut mencari solusi untuk bertahan hidup dimasa pandemi yang hingga di titik sekarang belum usai. Hasil Survie UN Women, menetapkan perempuan dalam situasi lebih berdampak dan rentan. Bahwa Pandemi Covid -19 telah memperparah kerentanan ekonomi perempuan.
Di tengah Ancaman Covid -19 petani perempuan yang sekaligus menjadi ibu bahkan kepala rumah tangga, terpaksa harus mematuhi kebijakan yang dibuat pemerintah untuk upaya memutus mata rantai penyebaran COVID 19. Data BPS hasil Survei Pertanian antar Sensus (Sutas) 2021 menyebutkan, jumlah petani perempuan di Indonesia sekitar 8 juta orang. Hampir 24 persen dari 25,4 juta orang petani adalah petani perempuan. BPS juga mencatat, jumlah rumah tangga usaha pertanian dengan perempuan sebagai pemimpin dalam rumah tangga berjumlah sekitar 2,8 juta rumah tangga.
Di bidang pertanian, perempuan dengan jumlah hampir setengah dari total penduduk Indonesia merupakan kunci kesejahteraan bangsa dan berperan aktif dalam pembangunan, salah satunya memperkuat ketahanan pangan dengan bertani. Perempuan turun dan menjadi penggerak sosial dengan membangun kesadaran masyarakat di sekitar. Nampak di daerah pedesaan di perbatasan kabupaten Klaten yang mana tanah dan air masih melimpah, di maanfaatkan beberapa pemudi desa untuk mengerakan petani perempuan untuk mengembangkan ekonomi kreatif seperti mengembangkan tanaman hias di sekitar, membuat lomba- lomba membuat kebun sayur-sayuran dan memanfaatkan akses media untuk mengexplor kegaitan bertani disawah.
Bahkan para petani perempuan di masa pandemi ini banyak mengembangkan kreatifitas menamannya agar tetap bisa bertahan hidup dari hasil panen . Hingga setiap dua hari sekali para petani perempuan bisa memanen 1-2 karung tomat, cabai dan sayuran lainnya. Namun semakin meningkatnya jumlah hasil panen para petani, muncul oknum-oknum yang sengaja mencuri hasil panen para petani ketika malam hari. Hal itu memunculkan kesadaraan untuk meningkatkan keamanan dan penjagaan di dareah persawahan. Karena merasa tak ingin terulang kembali hasil panennya dicuri, membuat petani perempuan berinisiatif untuk
setiap malam mengadakan “jogo sawah’’( Menjaga Sawah). Dimulai pukul 8 malam para petani perempuan bergantian menjaga area persawaan hingga pukul 11malam kemudian di lanjutkan para petani laki-laki untuk bergantian menjaga. Disamping ekonomi meningkat juga meningkatnya kesadaran keamanan antar warga terjalin. Melihat dimasa pandemi Covid- 19 tinggkat keamanan mulai menurun seiring mingkatnya korban Covid – 19.
Fakta tersebut menunjukkan bahwa perempuan yang terlibat dalam sektor pertanian tidak sedikit jumlahnya. Namun, di tengah peran strategis petani perempuan dalam mendukung kegiatan pertanian, mereka dihadapkan pada berbagai permasalah salah satunya beban ganda yang harus di lakukan. Beberapa dari banyak masalah yang menjerat perempuan dalam keterlibatannya di sektor pertanian, perlu menjadi perhatian pemerintah. Justru perdesan tidak menjadi pusat kemiskinan dan sektor pertanian dapat menjadi motor bagi roda perekonomian masyarakat perdesaan.
Pendidikan maupun kreatifias bagi para perempuan, terutama yang tinggal di perdesaan, mesti diutamakan. Dengan pendidikan yang memadai, perempuan diharapkan mampu meningkatkan taraf kehidupannya, terutama mereka yang bekerja di sektor pertanian. Terciptanya proses pertanian yang lebih efisien dan modern, diharapkan lahir dari buah pemikiran para petani perempuan. Peran pemuda – pemudi juga cukup andil untuk saling mebrikan saran inovasi dan keterbukaan untuk saling berdaya dan memperdayakan.
Terkait ketidak pastian kondisi pandemi, pemerintah dan masyasrakat harus lebih hati- hati dalam mencegah penyebaran COVID-19 di perdesaan, agar penduduk yang terlibat pada sektor pertanian, tidak semakin dalam terjerumus dalam kemiskinan ekonomi. Harapan saya lewat tulisan ini agar meningkatkan kesadaran untuk saling berdaya untuk menempatkan petani sebagai pelaku utama pembangunan pertanian. Pemerintah sering lupa, dan masih menggap kesadaran kemanusian perempuan perlu lebih di kembangkan dan ditinggkatkan. Saya memakili pemudi desa merasa bangga terhadap petani perempuan yang turut serta dalam gerbong menjaga ketahan panggan di sekitarnya. Kurangnya kebijakan yang menyasar langsung pada petani perempuan, dikhawatirkan akan mengorbankan kualitas hidup mereka. Ketangguhan petani perempuan tentu akan memberikan kontribusi positif terhadap ketangguhan sektor pertanian untuk bangsa Indonesia.
Editor : Wiwit Musaadah
oleh: Firda Imah Suryani