|

Muslimah Reformis

Berbagai Bentuk Salah Kaprah Memahami Ramadhan

1) Ramadhan dipahami sbg bulan untuk cuci dosa. Kita didorong untuk berhati-hati serta takut pada murka Tuhan atau berharap rahmat dari Tuhan hanya pada Ramadan. Sementara di luar Ramadan seakan-akan kita ditoleransi untuk berbuat apa saja. Haruslah disadari bahwa upaya berbuat baik, cuci dosa dengan jalan taubat dan komitmen untuk tidak mengulangi perbuatan dosa harus dilakukan kapan saja dan di mana pun.2) Ramadhan dipahami sbg bulan menahan marah. Seakan-akan Tuhan pada Ramadan itu berbeda dari Tuhan di luar Ramadan. Lihatlah cara orang menahan marah. Kalau ada orang yang menjengkelkan saat berpuasa, lalu kita berucap:  “Untung ini bulan puasa. Kalau bukan, sudah kuhajar, kau.” Seolah2 di luar Ramadhan kita bebas marah seenaknya. Marah itu penting jika tujuannya untuk kebaikan dan mengoreksi kesalahan, tapi harus bersikap proporsional.

3) Ramadhan dipahami sbg bulan utk tidak berpolitik.  Sering ada yg mengatakan agar kita menghindari politik karena ini Ramadan. “Jangan berpolitik dululah. Ini kan Ramadan. Padahal berpolitik boleh kapan saja asal dilakukan dg cara-cara yang adil dan mendahulukan kemashlahatan orang banyak. Politik harus berujung pada kesejahteraan masyarakat.

4) Ramadhan dipahami sbg bulan mendulang amal. Maka semua orang lalu sibuk beramal shaleh, tapi sayangnya pengertian amal shaleh dipahami sangat sempit, Cuma tadarusan, tarawih, dan buka puasa bersama. Seolah-olah Tuhan di bulan Ramadhan beda dg di bulan lain. Padahal Tuhan maupun malaikat pencatat amal adalah Tuhan dan malaikat-malaikat yang sama, baik pada saat Ramadan maupun bukan Ramadan.

5) Ramadhan dipahami sbg bulan menghindari maksiat. Seolah-olah di bulan selain Ramadhan kita bebas bermaksiat-ria. Kalau ada orang yang melakukan kesalahan atau maksiat seringkali kita mengingatkan dengan kalimat, “Hai, jangan berbuat maksiat. Ini kan Ramadan.”  Kita didorong untuk berhati-hati serta takut pada murka Tuhan atau berharap rahmat dari Tuhan hanya pada Ramadhan. Yakinlah, Allah maupun para malaikat bekerja di semua waktu dan semua ruang atau pada dimensi lain di luar ruang dan waktu. Sebagai Muslim dan Muslimah yakinlah bahwa dalam kitab suci Alquran ditegaskan, “Kapan pun dan ke mana pun engkau hadapkan dirimu, di sana ada monitor dari kemahakuasaan Allah.” Aynamaa tuwalluu fa tsamma wajhullaah. Bukankah Tuhan yang mengatakan bahwa Ramadhan adalah bulan yang mulia dan Allah sendirilah yang memberi pahala bagi yang berpuasa? Pernyataan Tuhan yang seperti itu sama sekali tak boleh diartikan bahwa ada perbedaan antara Tuhan dan cara kerjanya berdasar waktu dan tempat tertentu. Pahala dan dosa, janji dan ancaman yang diberikan Tuhan itu tetaplah berlaku kapan pun dan di mana pun. Pada Ramadhan Tuhan tetap murka dan mencatatnya sebagai dosa kalau kita berbuat maksiat. Sebaliknya, meski di luar Ramadhan Tuhan pun akan memberi pahala kebaikan jika kita berbuat baik. Semoga Ramadhan kali ini kita terbebas dari semua kesalahpahaman shg kita semua berakhir  dg Idul fitri, yakni terlahir kembali sbg manusia suci.

Musdah Mulia