|

Muslimah Reformis

Maulid Nabi Muhammad s.a.w. di Timika

TIMIKA, PAPUA Menghadiri peringatan Maulid Nabi di Pondok Pesantren Darud Dakwah wal Irsyad Nurul Islam, tanggal 16 Desember 2015 bertempat di Timika, Kabupaten Mimika, Papua. Ponpes ini merupakan salah satu cabang Pesantren DDI, pesantren tertua di Sulawesi Selatan. Hikmah maulid disampaikan Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, Guru besar UIN Jakarta. Aneh juga, meski suami-isteri, saya pertama kali menyimak ceramah beliau terkait maulid.

 

Acara diadakan di gedung Tongkonan, milik jemaat Gereja Toraja yg di dalamnya bertaburan simbol-simbol kekristenan. Sangat menyenangkan melihat kerjasama konkret antar-agama, bukan sekedar wacana verbal yg penuh dg nuansa politis.

Peserta yg hadir membludak sehingga gedung Tongkonan yg letaknya di depan sebuah gereja tua tampak sesak. Umat Islam Timika sangat antusias merayakan peringatan maulid Rasul. Semoga kesemarakan dalam beragama ini berbanding lurus dengan tingkat spiritual mereka sehingga nilai-nilai Islam yang mengedepankan keadilan, kejujuran, kesetaraan dan kemashlahatan dirasakan semua manusia, tanpa kecuali.

Sudah lama saya tidak mengikuti acara maulid di pesantren tradisional karena itu kehadiran saya di acara ini menangkap berbagai hal baru. Mulai dengan dekorasi panggung yang gemerlap dengan lampu-lampu hias berwarna, mirip panggung untuk lomba lagu-lagu dangdut. Hiasan lain, beraneka bunga yg terbuat dari telur-telur yang diwarnai sering dijadikan ikon peringatan maulid dalam masyarakat tradisional Sulawesi Selatan. Tambahan lagi, ratusan ember kecil berwarna-warni, isinya nasi ketan lengkap dengan telur dan lauk nya untuk dibagikan kepada para tamu seusai acara.

Acara dimulai dg suguhan hiburan dari para santri sangat mengasyikkan. Bukan hanya lagu-lagu qasidah, lantunan ayat-ayat Qur’an, shalawatan dana smaulhusna, tapij ugatarian Melayu yang indah menawan. Tak kalah menariknya ketika sejumlah santri duduk bersama dan bergantian membaca kisah hidup Rasul mulia.

Mata saya tidak berkedip mengikuti gerakan para santriwati yang meliuk-liuk indah penuh energik mengikuti irama lagu yang sangat dinamis. Saya sungguh mengapresiasi panitia dan juga pengurus ponpes membolehkan para santriwati belajar kesenian, termasuk berlatih menari. Seni merupakan media penting untuk menghaluskan jiwa dan melatih sikap sportif yang diperlukan dalam kehidupan sosial.

Apakah semua ini bid’ah? Tentu saja bid’ah karenn semua itu tidak ditemukan di masa Rasul. Bid’ah adalah semua hal baru yang tidak pernah dijumpai pada masa Rasul. Masalahnya, apakah semua bid’ah terlarang? Disinilah kuncinya, tidak semua hal yang dikategorikan bid’ah itu haram atau terlarang, melainkan hanya yang menimbulkan mudharat saja. Jika, bid’ah itu menghasilkan hal-hal positif dan konstruktif, tentu perlu dikembangkan.

Prof. Dr. Ahmad Thib Raya dalam ceramahnya menitikkan pentingnya meneladani Rasul yang sangat mulia akhlaknya. Diantara akhlak Rasul yang sangat penting diteladani dalam kehidupan nyata sehari-hari adalah sikap jujur, penuh empati, toleransi, cinta damai, gemar silaturahim dan senang mengembangkan ilmu pengetahuan.

Pembicara juga menekankan pentingnya umat Islam Timika mengedepankan sikap toleransi terhadap semua kelompok dalam masyarakat Papua yang sangat hetrogen, membangun relasi yang baik dengan penduduk lokal, khususnya non-Muslim.

Acara ditutup dengan doa dan pembagian ember warna-warni penuh hiasan yang berisi makanan tradisional. Makanan itu untuk dibagi kepada seluruh sanak keluarga, khususnya mereka yang tidak hadir dalam acara maulid.

Senang sekali menyaksikan acara maulid dengan banyak improvisasi (bid’ah) yang positif dan konstruktif. Berharap agar pesan-pesan maulid sungguh-sungguh dapat diaktualisasikan dalam kehidupan nyata masyarakat. Muslim.

Lebih senang lagi melihat kondisi umat Islam yang berkembang pesat di Timika. Sebab, 15 tahun lalu saya pernah kesini, jumlah mereka masih kecil dan tingkat ekonomi mereka masih sangat rendah.

Dilubuk hati terdalam, saya berdoa semoga damai bersemi dalam masyarakat Papua, mereka lapang dada dapat menerima kehadiran banyak pendatang yang sangat beragam asal-usulnya. Saya lebih berharap lagi, para pendatang, khususnya kelompok Muslim, senantiasa menjaga hubungan baik dengan mereka dan selalu menghormati eksistensi mereka sebagai saudara sebangsa dan setanah air. Hidup bhinneka tungal ika.