|

Muslimah Reformis

Menciptakan Nilai Toleransi Dalam Keluarga

Sebuah kasus yang terjadi di Kabupaten Merangin Jambi, sungguh Tega Ibu yang membunuh Anak Kandungnya (1/3/2023). Sebuah hal miris terjadi dalam lembaga keluarga, ketika kasus pidana ini terjadi. Konflik antara anak dan orang tua yang menjadi bumerang terjadinya kasus kekerasan dalam lingkup keluarga. Tentunya ini menjadi sebuah renungan bersama bagi semua, bahwa kasus kekerasan rentan terjadi dalam lingkup keluarga. Keprihatinan bersama bahwa titik start anak dalam melangkah sudah terkontraksi oleh polemik yang akut dan mengancam ketahanan mental anak dalam bergerak.

Setiap anak adalah bintang, anak akan selalu bersinar dengan setiap potensi melejitnya yang selalu berkembang. Anak tumbuh dengan bahagia dengan sentuhan kasih sayang orang tua tanpa batas. Cinta dan peluknya memberikan magnet keindahan dan kekuatan bagi anak dalam mengukir prestasi. Bonding yang tercipta antar anak dan orang tua akan selalu terekam baik dalam diri memory anak, bahwa anak yakin dirinya selalu ada orang tua yang menemaninya dalam berproses hingga dewasa nanti. Setiap keluh kesahnya diutarakannya dengan baik yang direspon dengan support dan motivasi anak selalu semangat dalam melangkah, bahwa anak mampu berkreasi dan mengukir prestasi.

Prinsip Toleransi

Secara etimologi, toleransi berasal dari bahasa Latin, tolerare, yang artinya sabar dan menahan diri.  Dan secara terminologi, toleransi adalah sikap saling menghargai, menghormati, menyampaikan pendapat, pandangan, kepercayaan kepada antar sesama manusia yang bertentangan dengan diri sendiri (www.mediaindonesia.com).

Toleransi dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah tasamuh Toleransi dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah tasamuh. Secara bahasa toleransi berarti tenggang rasa. Secara istilah, toleransi adalah sikap menghargai dan menghormati perbedaan antarsesama manusia. Allah SWT menciptakan manusia berbeda satu sama lain. Perbedaan tersebut bisa menjadi kekuatan jika dipandang secara positif. Sebaliknya, perbedaan bisa memicu konflik jika dipandang secara negatif (https sumber.belajar.kemdikbud.go.id).

Toleransi dapat dimaknai sebagai kemampuan setiap orang untuk bersabar dan menahan diri terhadap hal-hal yang tidak sejalan dengannya. Dengan adanya sikap toleransi, konflik dan perpecahan antar individu maupun kelompok tidak akan terjadi. Banyak orang menyebut toleransi sebagai kunci utama perdamaian yang patut dijaga. Hal tersebut penting untuk diperhatikan mengingat bangsa Indonesia mempunyai latar belakang perbedaan yang beragam, mulai keyakian, suku, ras, hingga warna kulit.

Dalam Q.S. Al-Hujurat ayat 13 menerangkan tentang perbedaan:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَٰكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَىٰ وَجَعَلْنَٰكُمْ شُعُوبًا وَقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوٓا۟ ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ ٱللَّهِ أَتْقَىٰكُمْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

Artinya: Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh Allah Maha Mengetahui, Maha Teliti.

Membentuk Nilai Toleransi 

Kasus bunuh diri di Banyuwangi yang dilakukan anak SD korban bullying teman-temannya dikarenakan oleh keberadaannya tanpa bapak, menjadikannya prustasi mengakhiri hidupnya dengan gantung diri (2/3/2023). Suatu hal yang miris ketika pergaulan anak-anak yang diwarnai canda gurau, namun tak sadar menyudutkan salah satu pihak tertekan dan prustasi atas perilaku bullying teman-temannya.

Perilaku bullying sejatinya dapat dicegah dari lingkup keluarga yang merupakan tonggak awal anak-anak beraktivitas. Dengan menciptakan budaya toleransi di antara anggota keluarga, menjadikan keluarga sebuah wadah yang nyaman dan bahagia bagi perkembangan anak. Orang tua yang berkata baik dan santun kepada anak-anak menjadi percontohan bagi mereka bahwa keberadaannya selalu dihormati dan dihargai apa pun kondisi anak.

Menyikapi perkembangan anak yang mengalami pertentangan dengan kehendak orang tua, ketika ditanggapi dengan bahasa yang positif dan santun dapat membentuk keribadian anak yang toleran kepada sesama. Dan hal ini akan berbalik arah ketika anak selalu dikomunikasikan dengan teriakan dan hinaan, tak jarang kondisi anak ingin meluapkan kemarahannya kepada objek yang layak untuk dihina. Yakni temannya yang mengalami kekurangan dalam hal apa pun atau mencari kekurangan untuk menjadi bahan bullying dan kebahagiaan sesaat anak-anak.

Dalam Q.S. Ali-Imron:159 Allah berfirman:

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ ۖ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ ۖ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ

Artinya: “Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal.”

Ayat ini memberikan petunjuk atas sikap yang ramah dan lembut kepada sesama. Bahwa perilaku yang santun akan menurunkan rahmat Allah yang penuh kasih dan sayang kepada para hamba-Nya, kenyamanan dan kebahagiaan akan tercipta dalam sendi-sendi kehidupan ketika rahmat Allah tertanam sebagai buah perangai baik manusia terhadap sesama. Dan ketika terjadi konflik antara keingginan orang tua dan anak, maka hendaknya orang tua menjalin komunikasi negosiasi atas keinginan baiknya untuk anak-anak. Membuka cakrawala pengetahuan dan membaca pemikiran anak-anak untuk menemukan titik temu dari gesekan pemikiran yang terjadi. Sehingga musyawarah menjadi media strategis dalam menjembatani dua kepentingan yang berbeda antara orang tua dan anak.

Toleransi Cegah Bullying

Sikap saling menghormati dan menghargai kepada sesama dapat dibangun dari lingkup terkecil, yakni keluarga. Pembentukan keribadian yang toleran pada diri anak, menjadi fondasi dasar bagi anak-anak dalam berelasi dengan teman-temannya. Menghargai perbedaan dan sabar atas kekurangan yang terjadi dalam realitas kehidupan ini membentuk peribadi tangguh dan cakap dalam berkomunikasi. Maka, perilaku bullying dapat dicegah sejak dini dengan sikap toleransi anak-anak dalam bermain dengan penuh kasih sayang.

Penulis adalah: Founder CPM dan Korpres FORHATI Cirebon