|

Muslimah Reformis

Pentingnya Relasi Adil dan Setara

Alqur’an menyebutkan bahwa manusia diciptakan dengan beragam jenis kelamin, suku dan bangsa, semua itu tiada lain agar manusia saling mengasihi, saling menghargai dan saling membantu satu sama lain.

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui, lagi Maha Mengenal.(QS. al-Hujarat [49]: 13)

Upaya untuk saling mengenal meniscayakan adanya relasi atau hubungan di antara mereka, terutama dalam bentuk relasi keluarga melalui perkawinan. Apalagi, dewasa ini dengan kecanggihan teknologi, manusia dapat membangun relasi di antara sesama dengan beragam cara komunikasi. Kita dapat membangun relasi melalui berbagai bentuk komunikasi yang intens. Tujuan utama dari membangun relasi adalah agar tercipta saling pengertian di antara sesama sehingga mendorong mereka untuk saling mencintai, menyayangi, membantu, menghormati dan memberdayakan yang pada gilirannya terwujud masyarakat yang kohesif, damai dan sejahtera.

Fakta sejarah Islam menuturkan secara jelas bahwa melalui ajaran tauhid, Rasulullah saw memproklamirkan prinsip keadilan dan kesetaraan manusia. Kedua prinsip ini amat penting dalam menghapuskan semua bentuk kekerasan dan diskriminasi dalam masyarakat akibat adanya perbedaan suku, jenis kelamin, jenis gender, agama dan kepercayaan. Selain diskriminasi, kedua prinsip dasar Islam tersebut juga dapat mencegah terjadinya berbagai bentuk eksploitasi dan kekerasan, khususnya terhadap perempuan, seperti diingatkan dalam firman Allah swt. QS An-Nur, 24: 33:

وَلۡيَسۡتَعۡفِفِ ٱلَّذِينَ لَا يَجِدُونَ نِكَاحًا حَتَّىٰ يُغۡنِيَهُمُ ٱللَّهُ مِن فَضۡلِهِۦۗ وَٱلَّذِينَ يَبۡتَغُونَ ٱلۡكِتَٰبَ مِمَّا مَلَكَتۡ أَيۡمَٰنُكُمۡ فَكَاتِبُوهُمۡ إِنۡ عَلِمۡتُمۡ فِيهِمۡ خَيۡرٗاۖ وَءَاتُوهُم مِّن مَّالِ ٱللَّهِ ٱلَّذِيٓ ءَاتَىٰكُمۡۚ وَلَا تُكۡرِهُواْ فَتَيَٰتِكُمۡ عَلَى ٱلۡبِغَآءِ إِنۡ أَرَدۡنَ تَحَصُّنٗا لِّتَبۡتَغُواْ عَرَضَ ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَاۚ وَمَن يُكۡرِههُّنَّ فَإِنَّ ٱللَّهَ مِنۢ بَعۡدِ إِكۡرَٰهِهِنَّ غَفُورٞ رَّحِيمٞ

Dan orang-orang yang tidak mampu menikah, hendaklah menjaga kesucian (diri)nya, sehingga Allah memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan budak-budak yang kamu miliki yang memginginkan perjanjian, hendaklah kamu buat perjanjian dengan mereka, jika kamu mengetahui ada kebaikan pada mereka, dan berikanlah kepada mereka sebahagian dari harta Allah yang dikaruniakan-Nya kepadamu. Dan janganlah kamu paksa budak-budak wanitamu untuk melakukan pelacuran, sedang mereka sendiri menginginkan kesucian, karena kamu hendak mencari keuntungan duniawi. Dan barangsiapa yang memaksa mereka, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (kepada mereka) sesudah mereka dipaksa itu. (QS. an-Nur [24]: 33)

Prinsip keadilan dan kesetaraan dalam relasi manusia dapat mendorong lahirnya rasa persaudaraan yang kuat yang pada akhirnya mendorong semua anggota masyarakat, tanpa ada pembedaan sedikit pun untuk bersama-sama dan bekerja sama menciptakan tatanan masyarakat yang damai, sejahtera dan beradab. Kita semua sepakat bahwa praktik kehidupan pada masa Rasulullah adalah implementasi dari ajaran tauhid. Oleh karena itu, keadilan dan kesetaraan bagi semua manusia sebagaimana dinyatakan dalam Al-Qur’an dan diwujudkan oleh Nabi saw dalam realitas sosial perlu dilaksanakan sepenuhnya.

Islam secara tegas mengajarkan, hubungan antara gender perempuan dan gender laki-laki harus dibangun di atas prinsip keadilan dan kesetaraan. Maknanya, dalam relasi kedua gender tersebut tidak boleh ada ucapan, sikap dan prilaku yang mengandung unsur penghinaan, diskriminatif, eksploitatif dan kekerasan. Sebagai manusia yang mengemban tugas kekhalifahan yang sama, laki-laki dan perempuan diperintahkan untuk saling mencintai dan mengasihi secara tulus serta bekerja sama, bahu-membahu dan saling mendukung dalam melaksanakan misi amar ma’rûf nahy munkar, seperti tertera dalam firman Allah swt:

Musdah Mulia