|

Muslimah Reformis

Perempuan Produktif, Berdaya dan Bahagia

Tak habisnya pembicaraan tentang perempuan membuktikan betapa uniknya makhluk ciptaan Tuhan ini. Ajaran agama Islam menekankan, kedudukan perempuan sangat mulia. Karakter dan pendidikan perempuan menentukan kualitas kehidupan dan kemanusiaan generasi mendatang.

Namun, selama ini masih banyak stigma yang kurang tepat terhadap peranan perempuan dalam peradaban. Misalnya, perempuan acap kali dianggap tidak mampu bersikap proaktif, berkutat hanya pada urusan rumah tangga dan pada akhirnya berharap mendapatkan surga atas ketaatannya terhadap suami. Stigma yang terbentuk membuat perempuan tidak mendapatkan perlakuan maupun hak yang sama dengan laki-laki, seperti contoh yang paling dasar adalah akses pendidikan yang selalu tidak setara.

Pasal 31 Undang-Undang Dasar tahun 1945 secara tegas mengatur tentang persamaan hak pendidikan bagi setiap warga negara Indonesia. Hal ini tentunya membuat negara memiliki kewajiban untuk memenuhi dan memfasilitasi hak mendapatkan akses pendidikan yang baik dan merata bagi seluruh warga negara, termasuk perempuan. Undang-Undang Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia juga menyatakan hal yang sama terkait kesetaraan akses pendidikan.

Begitu pun The Convention on the Elimination of all Forms of Discrimination Against Women yang ditetapkan pada tahun 1979 telah direalisasikan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang merata bagi setiap warga negara dan kesiapan dalam menghadapi tantangan perubahan seiring dengan perkembangan zaman.

Urgensi akses pendidikan menjadi hal yang sangat krusial untuk dijadikan perhatian. Menurut data BPS, Susenas 2019 angka melek aksara penduduk berusia 15-59 tahun, perempuan hanya memiliki prosentase 97,64%. Kesenjangan ini disebabkan karena kemiskinan dan kendala teknis.

Namun, untuk Angka Partisipasi Kasar tahun 2019 di perkotaan maupun pedesaan perempuan yang melanjutkan pendidikan hingga jenjang perguruan tinggi memiliki prosentase 26,24% lebih tinggi dibandingkan laki-laki sebesar 24,05%. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan perempuan lebih tinggi. Namun, berdasarkan survey BPS terkait Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja tahun 2020 perempuan jauh lebih rendah yakni sebesar 50,72% dibandingkan laki-laki sebesar 85,87%.

Perolehan tingkat pendidikan yang tinggi seharusnya menjadi kesempatan bagi perempuan untuk saling berdaya dan bersinergi bagi sesama untuk menciptakan pemerataan pendidikan. Perempuan berpendidikan tinggi seharusnya mampu membantu perempuan lain yang termasuk dalam kelompok 2,36% perempuan yang buta aksara.

Hal ini merupakan implementasi dari SDG Quality education yakni menciptakan pendidikan yang inklusif dan berkualitas setara. Peran perempuan dalam pendidikan ini juga mampu mendobrak gerakan SDG Gender Equality bahwa perempuan dapat berkontribusi dan berkesempatan sama untuk bertindak proaktif dalam kehidupan politik, ekonomi dan publik.

Perempuan juga harus melek teknologi. Dengan memanfaatkan teknologi, perempuan mampu untuk menciptakan personal branding. Menguatnya personal branding mampu menjangkau audients yang luas. Perempuan dapat meningkatkan produktifitas dengan membuat konten edukatif yang menarik yang sangat diperlukan bagi generasi millennial. Saat ini, media social digunakan sebagai wadah untuk melakukan personal branding. Pemanfaatan media sosial dengan tepat akan menjangkau audients secara nasional bahkan global. Hal ini dapat menjadi inovasi dalam mengefisiensikan waktu dan tempat dalam pemberian akses pendidikan yang merata.

Kontribusi perempuan dalam menciptakan peradaban merupakan potensi yang besar yang harus dibentuk dengan bijak terutama dalam usia produktif, pembimbingan yang tepat dalam mengeksplorasi kemampuan perempuan perlu dilakukan untuk menghasilkan karya yang berkualitas di bidang yang ditekuninya. Pengarahan yang dilakukan dengan tepat dapat membangun mindset positif, pengenalan mendalam terhadap diri sendiri, mampu merumuskan impian, tujuan dan rencana hidup dengan mengaplikasikan manajemen waktu yang efektif. Hal-hal tersebut mampu menjadikan seorang perempuan menjadi perempuan produktif, berdaya, dan bahagia.

Dimulai dari lingkungan terkecil yakni keluarga. Kesadaran untuk mendukung produktifitas perempuan dan orang tua perlu menjadi contoh untuk tidak melakukan diskriminasi terhadap laki-laki maupun perempuan dalam berbagai hal. Kepercayaan yang utuh dari keluarga merupakan bekal yang sangat berharga bagi perempuan untuk berdaya dan memancarkan kebahagiaan bagi sekitar.

Perempuan berpendidikan tinggi dan berakhlak mulia akan melahirkan generasi emas. Peran perempuan sangat berpengaruh terhadap terbentuknya generasi mendatang. Sudah sepantasnya bagi perempuan menyadari bahwa mereka layak untuk mendapatkan pendidikan yang tinggi. Selain itu, perempuan harus berani mematahkan stigma bahwa percuma perempuan berpendidikan tinggi jika pada akhirnya hanya berkutat pada urusan dapur.

Stigma tersebut sangat tidak tepat karna perempuan memiliki kesempatan yang sama untuk mengeksplorasi dirinya dengan berkontribusi melakukan hal-hal positif dan proaktif untuk menciptakan generasi unggul di masa mendatang. Perempuan harus produktif, berdaya dan bahagia!

 

Putri Puspa Alkotdriyah adalah pekerja di Kimia Farma Trading dan Distribution.