“Kok mereka gitu ya? Aku kan hanya melakukan apa yang sudah disepakati dari awal. Apa Mas Radit tidak bahagia denganku?”, Ayunda menangis sembari menyeka tanah di kakinya. “Hey kamu kenapa? Kok kotor begitu kakimu, kaya anak kecil aja hahaha..”, ujar Nadine seorang petugas Desa yang sedang kebetulan lewat depan warung sayur Desa Manjati. “Enggak apa-apa ko, ini tadi aku jatuh di sana.”, sambung Ayunda. “Aku ambilkan air ya untuk membasuh kakimu?”, “Tidak usah, nanti kubersihkan di rumah, terima kasih ya”, “Ya sudah hati-hati ya mbak.”, Ayunda melanjutkan perjalanan ke rumahnya sambil murung dan tiada henti mengelap air matanya, ia meringis sambil membayangkan kejadian yang terjadi siang tadi, kejadian yang membuat Ayunda bingung setengah mati menghadapi reaksi tetangganya yaitu Nabila yang selalu memberikan sindiran bahkan mendorong hingga kaki Ayunda terperangkap dan berkata bahwa ia adalah seorang istri yang tidak tahu malu, memperlakukan suaminya seperti pembantu, mengurusi urusan rumah.
Sesampainya di rumah, Ayunda langsung membersihkan kakinya dari lumpur-lumpur yang melekat di kakinya. Suaminya, Radit, berlari menghampiri Ayunda dengan cemas lalu bertanya, “Sayang, kamu kenapa? Ko bisa kotor seperti ini?! Kamu jatoh? Luka? Kita ke dokter ya!!”. “Ah tidak usah Mas, tadi aku cuma kepeleset di kubangan air yang berlumpur kok..Mas tau gak? Kubangan airnya tadi persis banget sama tempat mandi babi di Shaun The Sheep tauuu hahahaha”, jawab Ayunda. “Hahahaha masa ada tempat begitu di sini, apa jangan-jangan kita sekarang ada di rumah paman Shaun? Waduh berarti sebentar lagi Timmy bakal terbang ini. Ehh hush, tapi kamu gak apa-apa kan bener?”, heran Radit. “Iyaa Mas, gak apa apa ko.. Aku mandi dulu yaa, mau ikut? Ikut nganterin aja gituuu hahaha.”, jawab Ayunda sambil berlari girang ke kamar mandi. “Kamuuuuu ituuu yaa, awas ku tangkap kamu nanti malaam hahah.”, ujar Radit sambil mengejar Ayunda dan berhenti di ruang tamu. Ayunda pun mandi tanpa belum memberitahu kejadian sebenarnya kepada Radit, Ayunda selalu melihat waktu dan kondisi untuk membicarakan hal yang serius dengan suaminya agar mendapatkan hasil yang maksimal.
Waktupun berlalu, hingga pukul 18.51, itu adalah waktu bersantai yang Ayunda dan Radit sisihkan untuk ngiengie talk moment dimana mereka berdua bisa saling mendekatkan perasaan satu sama lain dengan berbagai macam kegiatan seperti saling urut, lulur dan maskeran bersama, movie time , ataupun pillow/tea talk. “Seger bangeett suasana malam sekarang. Honey, ku buatkan teh ya, kayanya cocok banget ini diminum sama cookies yang aku beli tadi.”, tanya Ayunda. “Boleh sayang, terima kasih yaa.. Oh iya tadi aku beli coklat juga tadi pulang ngantor, bisa gak ya coklatnya dimasukin ke tehnya? Biar jadi Choco Tea gituu. Mau berinovasi?”, jawab Radit. “Hahaha kamu itu, tapi bisa sih kayanyaa mana coba coklatnya biar chef Ayunda buat.”. Radit mengambilkan coklat dan akhirnya choco tea selesai dibuat, mereka duduk bersama sambil menikmati suasana kolam ikan depan rumahnya.
“Mas, perihal tadi siang sebenarnya ada yang mau aku bicarakan. Menurut Mas perihal kesepakatan kita membuat Mas bahagia gak?”, Tanya Ayunda dengan hati-hati. “Bahagia dong sayang, itu kan sebagian dari sesuatu yang harus kita buat biar meringankan beban kita bersama.. Aku kan udah bilang pas kita pacaran dulu, kamu juga selalu ngingetin aku kan buat saling berbagi peran saat kita tinggal satu rumah, kamu kerja aku kerja, kita sama-sama gak punya waktu 24 jam untuk membersihkan debu di rumah kita, ya kecuali waktu WFH kaya gini kita bisa 24 jam barengan terus.”, jawab Radit sembari memegang tangan Ayunda untuk meyakinkannya.
“Emangnya ada apa sayang?”, lanjut Radit bertanya. “Tadikan aku ngelewat warung sayur ya, tiba-tiba aku dicegat sama tetangga kita, ka Nabila itu lho yang kemarin di kantor desa. Dia bilang, aku adalah istri yang tidak tahu diri, dia mengira aku memperlakukan kamu dengan seenaknya, karena dulu dia pernah liat kamu lagi nyapu di teras kita dan juga lihat pas kamu bikinin aku kopi pagi-pagi di tempat ini. Aku sebenernya sampe didorong itu sampe kakiku kotor tadi.”, Ayunda menjelaskan kejadian tadi siang.
Demi kebahagiaan kita, Mas gak pernah keberatan dengan hal itu, jadi kamu jangan mencemaskan itu ya apalagi sampai memikirkan berlarut-larut perihal kenyamanan aku tentang pembagian kerja kita, justru aku sangat senang kita begini, kita bisa saling ngerasain capek kita dan menjadi penghilang beban. Gimana kalau perasaanmu?”, tanya Radit dengan hati-hati. “Makasih ya hon, aku juga bahagia ko, kita bisa saling belajar satu sama lain buat ngerawat apa yang kita miliki untuk pertama kali, ya rumah ini. Mungkin ya aku juga yang terlalu kepikiran tentang ini, entah terlepas dari apa pun yang dia rasakan bersama suaminya, aku gak mikir sampe sana tadi keburu emosiku hanyut.”, jawab Ayunda dengan sedikit lega karna telah jujur pada suaminya. “Iya gak apa apa sayang, mungkin tadi kamu lagi capek juga kan ya nyari es cendol gak nemu-nemu.. Sekarang juju raja sama perasaanmu, dan maafkan hal itu ya..
Keesokan harinya setelah Ayunda membuat kue untuk keluarga Nabila, Ayunda dan Radit bersiap-siap untuk pergi ke rumah Nabila. Di depan rumah Nabila, mereka pas-pasan dengan Nadine seorang konselor sekaligus petugas Desa yang juga memiliki peran untuk membantu proses konseling para masyarakat di Desa Manjati selama pandemi. Mereka saling menyapa, Nadine bertanya tentang kejadian kemarin kepada Ayunda, “Bu Ayunda gimana kakinya gak apa-apa kan?”. “Enggak ko gak apa-apa, mbak..”, Jawab Ayunda sambil tersenyum ramah. Tidak disangka ternyata Nabila datang ketika percakapan itu berlangsung, ia merasa salah dengan apa yang dia lakukan kemarin, setelah Nadine pergi meninggalkan rumah Nabila, Nabila menarik tangan Ayunda masuk ke taman samping garasi rumahnya, “De, maaf ya buat perlakuan aku kemarin.. Aku kemarin kebawa emosi dengan kejadian dirumahku. Waktu itu suamiku sedang ada masalah di kantornya, lalu ia melampiaskan kepadaku. Aku kesal, de Ayun, kenapa suamiku tidak sama seperti suamimu, dia tidak mengerti bahwa aku juga memiliki kesibukan lain urusan kantor yang seharusnya aku bereskan kemarin, tapi dia gak ngerti.”, jelas Nabila sambil meneteskan air mata dan merasa sangat menyesal dengan yang dia lakukan kemarin. “Oalah buat masalah yang kemarin sudah aku maafkan ko.. Dan terima kasih telah jujur mengenai kondisi kaka saat ini, aku bisa menjadi teman keluh kesah kaka, ko.. Sekarang kaka yang tenang dulu ya, ini aku bawakan kue untuk kaka.. Kalau kaka mau menangis, menangis dulu aja ka, mau dirumahku? Jangan bohongi perasaan kaka ya..”, jawab Ayunda prihatin.
Bersyukur kamu punya suamimu yang mengerti itu, dia juga beruntung punya de Ayun yang baik hati.”, jawab Nabila dengan penuh hati. “Alhamdullilah, mbak.. Aku juga yakin kondisi mbak bakal baik-baik lagi kok, yang penting bangun komunikasi dua arah ya, biar kalian bisa saling memahami.”, salut Ayunda sambil memegang tangan Nabila untuk menguatkannya. Nabila tiba-tiba memeluk Ayunda dan berterima kasih kembali.
Sekembalinya Ayunda dan Radit ke rumah mereka sendiri, mereka saling bertatap mata dan saling menyadari bahwa apa yang mereka bincangkan kemarin malam, benar terjadi depan mata mereka dan mereka menyadari bahwa hal buruk yang terjadi kepada Ayunda saat itu dituduh menjadi istri yang tidak tahu malu, memiliki sebab akibat yang tidak mereka sangka-sangka. Kedua pasangan Nabila dan Narto ataupun Ayunda dan Radit menjadi semakin intim, mereka belajar satu sama lain dari pengalaman masing-masing.
Suami-isteri harus mampu berbagi pekerjaan di rumah dan di luar rumah, yang penting keduanya melakukannya secara ikhlas, tulus dan bahagia. Bukankah rumah itu milik bersama suami-isteri? Ikutilah nasehat Rasul yang berulangkali mengatakan baytii jannatii, rumahku adalah surgaku. Rumah hanya akan menjadi surga manakala suami-isteri yang menempatinya saling mengasihi, saling melengkapi dan saling membantu dalam menyelesaikan semua aktivitas di rumah tangga.
bersambung…
cerita oleh: Hana Nabila Putri
Editor Wiwit Musaadah