Pernah dengar istilah generasi emas? Itu sebuah komitmen pemerintah untuk membangun sumber daya manusia yang handal dan diharapkan terwujud pada tahun 2045 ketika negara ini berusia tepat 100 tahun. Namun, mimpi pemerintah itu hanya dapat terwujud manakala seluruh masyarakat berpartisipasi dan berkontribusi penuh, khususnya kaum ibu.
Pemerintah telah mencanangkan visi Indonesia emas 2045 dengan pilar pertamanya adalah membangun SDM (Sumber Daya Manusia) unggul, berbudaya serta penguasaan IPTEK yang tentu melibatkan peran khususnya para generasi muda. Visi tersebut dibuat karena diprediksi pada tahun 2010 hingga 2045 adalah rentang tahun dengan jumlah usia produktif penduduk Indonesia paling tinggi dibanding tahun-tahun lainnya akibat bonus demografi global.
Dalam mewujudkan Indonesia emas 2045 khususnya pilar pertama yang telah disebutkan di atas, Indonesia perlu menyiapkan generasi emas yaitu generasi cerdas, unggul, berbudaya dan memiliki semangat tinggi. Generasi emas juga memiliki ciri khas serta karakter yang membedakannya dengan individu lain. Generasi ini tidak dapat terbentuk dengan sendirinya melainkan ditentukan oleh beberapa faktor termasuk peran orang tua terutama peran ibu yang merawat dan mendidiknya secara langsung.
Ibu adalah sosok terpenting dalam upaya menciptakan generasi emas di masa yang akan datang. Ibu ibarat role model bagi sang anak dalam bersikap dan bertingkah laku. Terdapat syair yang mahsyur di kalangan masyarakat bahwa “ibu adalah madrasah (sekolah) pertama bagi anaknya” dan itu benar adanya.
Seorang anak akan mengikuti apa yang ibunya lakukan baik dalam segi karakter, sikap, maupun kepribadian. Oleh karena itu, ibu butuh belajar dan sekolah yang tinggi agar dapat mendalami perannya dengan baik.
Hal ini selaras dengan penelitian para ahli yang dilakukan di University of Washington bahwa ibu cenderung menurunkan gen kecerdasan lebih tinggi kepada anak yaitu sebanyak dua kali lipat dibandingkan ayah.
Ibu yang berpendidikan tinggi tentunya memiliki wawasan luas dan berpikiran lebih kritis sehingga ia akan mengajarkan anaknya dengan begitu baik. Ia akan menyaring dahulu informasi yang didapatkan sebelum diajarkan kepada sang anak. Hal tersebut akan membentuk sang anak menjadi generasi yang berintegritas, bijaksana, kritis, serta bertanggung jawab.
Selain itu, dengan pendidikan ia mampu mendidik anaknya sesuai perkembangan zaman dengan cara- cara yang kreatif. Cara tersebut dapat membuat sang anak lebih cepat memahami dan mengingat apa yang telah diajarkan juga merupakan upaya untuk mewujudkan generasi emas yang kreatif dan inovatif.
Generasi emas tidak hanya baik dalam hal kecerdasan dan karakter, tetapi juga harus memiliki tubuh yang bugar dan sehat. Namun, kenyataannya masih banyak anak Indonesia justru memiliki masalah kesehatan. Menurut survei Biro Pusat Statistik (BPS) dalam launching hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI), didapatkan hasil bahwa kasus stunting atau masalah gizi kronis karena kurangnya asupan gizi pada anak-anak di Indonesia pada tahun 2021 masih tinggi yaitu sebesar 24,4%.3 Artinya satu dari empat anak mengalami stunting.
Lalu, bagaimana pemerintah dapat mencapai visi Indonesia emas 2045 jika kasus seperti ini saja belum bisa tertangani? Untuk itu, aksi ibu sangatlah diperlukan disini. Sebagai ibu, ia harus memberikan asupan nutrisi yang cukup bagi anaknya sejak hamil hingga balita bahkan lebih bagus lagi hingga ia remaja sehingga anak tersebut dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Misalnya, dengan memakan makanan bergizi seimbang yang kaya akan nutrisi, vitamin, dan mineral sejak awal kehamilan, memberikan ASI ekslusif selama enam bulan untuk meningkatkan kekebalan tubuh anak, serta memberikan Makanan Pendamping ASI (MPASI) yang sehat dan bergizi. Tak lupa juga agar selalu menjaga lingkungan karena lingkungan yang sehat akan membuat si anak terhindar dari penyakit. Dengan begitu, visi Indonesia emas 2045 dalam menciptakan generasi emas akan semakin dekat tercapai.
Konstribusi ibu sebagai seorang perempuan terutama orang tua yang kadang disepelekan tanpa disadari ternyata berdampak besar bagi kelangsungan hidup bangsa Indonesia kedepannya terutama dalam menciptakan generasi emas guna mencapai visi Indonesia emas 2045. Tak heran, setiap tanggal 22 Desember selalu diperingati sebagai Hari Ibu. Hal tersebut untuk mengingat betapa besar perjuangan dan jasa ibu untuk anak-anaknya. Bahkan, ketika seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah saw siapa yang berhak diberlakukan baik, beliau menjawab ibumu sebanyak tiga kali saking dahsyatnya cinta dan kasih sayang seorang ibu. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa negara tidak akan bisa maju atau bahkan berdiri sendiri tanpa adanya konstribusi dari perempuan yaitu ibu.
Eka Mira Novita Subroto adalah alumni pelatihan Muslimah Milenial Reformis Wilayah Tasikmalaya.