|

Muslimah Reformis

Silaturahmi Meneguhkan Kesusian Hati

Tidak sedikit yang memandang enteng aktivitas silaturahim, dan bahkan ada yang  menganggapnya hanya buang-buang waktu saja serta membosankan! Mereka belum tahu rahasia penting di balik perintah silaturahim.

Kehebatan nilai silaturahim yang dilakukan dengan penuh ikhlas dan tulus, tidak mengharapkan sesuatu dari orang yang dikunjungi, tidak mengharapkan pemberiannya, tidak mengharapkan hartanya, dan tidak mengharapkan apa pun darinya adalah sangat dahsyat.  Hal ini digambarkan oleh Rasulullah dalam suatu hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah sebagai berikut:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّ رَجُلًا زَارَ أَخًا لَهُ فِي قَرْيَةٍ أُخْرَى فَأَرْصَدَ اللَّهُ لَهُ عَلَى مَدْرَجَتِهِ مَلَكًا فَلَمَّا أَتَى عَلَيْهِ قَالَ أَيْنَ تُرِيدُ قَالَ أُرِيدُ أَخًا لِي فِي هَذِهِ الْقَرْيَةِ قَالَ هَلْ لَكَ عَلَيْهِ مِنْ نِعْمَةٍ تَرُبُّهَا قَالَ لَا غَيْرَ أَنِّي أَحْبَبْتُهُ فِي اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ قَالَ فَإِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكَ بِأَنَّ اللَّهَ قَدْ أَحَبَّكَ كَمَا أَحْبَبْتَهُ فِيهِ. رواه مسلم.

Dari Abu Hurairah, dari Rasulullah saw.: “Sesungguhnya ada seseorang yang ingin mengunjungi saudaranya di desa lain. Kemudian Allah mengutus malaikat untuk mengawasinya di jalan yang akan dilaluinya. Tatkala orang tersebut hendak mendatangi saudaranya itu, malaikat lalu berkata kepadanya: “Kamu ingin ke mana? Ia menjawab: “Aku ingin mengunjungi saudaraku di desa ini. Malaikat lalu berkata: “Apakah kamu ingin mendatanginya karena ada keuntungan yang kamu ingin dapat darinya? Ia menjawab: Tidak. Aku mengunjunginya hanya karena aku mencintainya karena Allah. Malaikat berkata: “Sesungguhnya aku ini adalah utusan Allah yang diutus kepadamu. Sesungguhnya Allah telah mencintaimu sebagaimana kamu mencintai saudaramu itu. HR Muslim. Luar biasa, silaturahim membuahkan kecintaan Allah kepada kita. Adakah yang lebih utama dari mendapatkan cinta Allah SWT Sang Pencipta manusia?

Silaturahim dapat berwujud menjenguk orang sakit berarti turut merasakan sakit. Mendatangi dan menjenguk orang sakit adalah perwujudan rasa kepedulian terhadap orang lain dan turut serta ikut merasakan apa yang dirasakan oleh si sakit itu. Membesuk orang sakit adalah sebuah kewajiban yang diperintahkan agama. Melakukan hal itu adalah perbuatan terpuji. Hal ini dinyatakan oleh Rasulullah dalam beberapa sabdanya. Di antaranya sabda adalah HR Muslim yang

menyatakan: “Barang siapa yang membesuk orang sakit, ia senantiasa berada dalam suasana yang menyenangkan di dalam surga dengan berbagai macam buah-buahan yang telah dipetik.”

Di dalam hadis lain, juga diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya pada hari kiamat Allah swt berfirman: “Wahai Anak Adam, aku telah sakit, mengapa kamu tidak menjenguk-Ku? Anak Adam menjawab, “Wahai Tuhanku, bagaimana aku menjenguk-Mu, sedang Engkau adalah Tuhan semesta alam? Allah berfirman: “Tidakkah kamu mengetahui bahwa hamba-Ku si fulan sedang sakit, dan kamu tidak menjenguknya. Tidak tahukah kamu bahwa jika kamu menjenguknya, tentu kamu akan menemukan-Ku berada di sisinya.” HR Muslim.

Perbuatan-perbuatan berikut juga merupakan perbuatan baik. Oleh sebab itu perbuatan-perbuatan berikut perlu dilakukan pula, yaitu:

  1. Takziah, menghibur keluarga yang ditinggalkan si mayit
  2. Menyebut-nyebut kebaikan orang yang sudah wafat di depan keluarganya
  3. Menenangkan keluarga yang meninggal untuk bersabar
  4. Turut merasakan kesedihan janda dan anak yatim
  5. Turut merasakan kesedihan janda cerai
  6. Turut merasakan kekurangan yang dialami oleh pihak lain

Dalam bersilaturahim, perlu juga memberikan bantuan kepada orang lain, tidak hanya berupa materi, tetapi juga bersifat non-materi. Karena itu, sedakah adalah segala kebaikan yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain dalam bentuk apa pun, baik berupa pemberian harta benda, ucapan yang baik, sikap yang baik, atau hal yang lain. Rasul menyatakan bahwa: “Setiap kebaikan adalah sedekah.”

Perbuatan baik itu tidak hanya kepada sesama manusia, tetapi juga kepada makhluk Allah yang lain, seperti hewan dan binatang. Rasulullah menyatakan: “Berbuat baik kepada setiap binatang yang hidup mendatangkan pahala.”

Ada berbagai macam kebaikan, bantuan dan sedekah yang dapat dilakukan oleh seseorang terhadap pihak lain, di antaranya adalah sebagai berikut:

  1. Bantuan yang bersifat fisik berupa uang, makanan, pakaian, dll
  2. Membantu orang tuli, buta, dan lemah untuk memenuhi kebutuhannya
  3. Memberi pinjaman kepada orang yang membutuhkan
  4. Membantu orang yang mencari nafkah agar dapat memperoleh nafkah yang layak
  5. Mencari nafkah untuk kebutuhan keluarga dan rumah tangga
  6. Membantu menjulurkan tali untuk orang yang membutuhkan
  7. Bersedekah kepada hewan dan burung
  8. Beribadah dan melaksanakan amal saleh
  9. Bersedekah dengan memanfaatkan pangkat dan jabatan dengan memberikan kemudahan bagi orang yang membutuhkan
  10. Menuntun orang lain kepada kebaikan dan kebenaran
  11. Mencegah orang lain dari kejahatan dan bahaya yang akan menimpanya.
  12. Mendoakan untuk kebaikan orang lain dan agar orang terhindar dari dari segala kejahatan dan bahaya.

Rasulullah saw adalah teladan bagi semua umatnya dalam segala hal, sikap, dan tindakan beliau. Umatnya yang mengikutinya akan mendapatkan kebahagiaan dan keselamatan dalam kehidupannya, baik di dunia maupun di akhirat.

Keteladanan Rasulullah dalam hal ini dapat dilihat dalam banyak hadisnya, baik yang bersifat qauli (dalam bentuk ucapan) maupun dalam bentuk fi’li (perbuatan). Salah satu sabdanya yang menyatakan tentang hal ini ialah ketika beliau menerima wahyu pertama. Ketika itu dalam kondisi tubuh gemetar karena takut, beliau mendatangi Khadijah seraya berkata: “Sungguh aku khawatir atas diriku, wahai Khadijah. Khadijah hanya berkata: „Sekali-kali hal itu tidak akan terjadi. Demi Allah, sesungguhnya Allah tidak akan menghinakan dirimu selamanya. Engkau menyambung tali kekeluargaan, menanggung beban orang yang sedang kesusahan, memuliakan tamu, dermawan terhadap fakir, dan membantu orang-orang yang tertimpa musibah.“

Hadis di atas menggambarkan bahwa Allah akan selalu menolong dan membantu hamba-hamba-Nya yang suka menolong orang lain. Allah tidak akan menghina seorang hamba yang selalu menolong, membantu dan menyantuni saudara-saudaranya yang sedang susah, kesulitan, dan ditimpa musibah. Teladan yang sangat penting yang digambarkan di dalam hadis di atas adalah:

  1. menyambung silaturahmi, dan menjaga hubungan yang baik dengan orang lain,
  2. menangung atau meringankan beban orang-orang yang sedang susah dan mendapat kesulitan,
  3. memuliakan tamu, siapa pun tamu itu (walau tamu yang kafir sekali pun),
  4. suka memberi kepada fakir, miskin, orang yang susah, dan
  5. membantu orang-orang yang tertimpa musibah.“

Lima keteladanan Rasulullah yang disebutkan dalam hadis di atas semuanya berkaitan dengan sikap membantu orang lain yang sedang berada dalam kesusahan dan kesulitan. Semoga kita semua dapat mengikutinya, amin.

Tidak dapat diingkari bahwa turut berduka atas musibah yang menimpa orang lain dan membantu mereka mempunyai faedah yang sangat besar. Di antaranya, seperti yang dikemukakan oleh Mahmud al-Bishri, sebagai berikut:

  1. Melahirkan cinta kepada Allah swt. dan cinta kepada makhluk.
  2. Menjadi bukti bahwa kita mencintai kebaikan untuk orang lain
  3. Menumbuhkan semangat persaudaraan di antara manusia
  4. Memperkuat hubungan di antara kaum muslimin
  5. Ikut membantu meringan beban orang lain.
  6. Membuat orang lain senang sehingga menatap hidup dengan penuh gembira dan ceria
  7. Menjadi amal yang dicintai Allah
  8. Membuahkan persatuan dan memperkuat persaudaraan dan melahirkan kasih sayang

9.Menghilangkan dendam dan membunuh benih-benih kedengkian.

Sikap membantu orang yang lemah, yang memiliki kelemahan, memiliki kekurangan, tidak berdaya sehingga mereka menjadi mampu berdaya adalah sikap yang sangat terpuji. Bantuan yang diberikan kepada mereka, apa bentuknya, seberapa pun jumlah akan merupakan kebaikan yang digantikan oleh Allah dan merupakan kebaikan yang akan mendapatkan ganjaran pahala di sisi-Nya.

 

Ahmad Thib Raya adalah Guru besar UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta dan pendiri Yayasan Mulia Raya