Buku Membangun Surga di Bumi: Kiat-Kiat Membina Keluarga Ideal dalam Islam oleh Prof. Dr. Siti Musdah Mulia.
Berikut ringkasan dan ulasannya:
Tentang Buku
- Judul: Membangun Surga di Bumi: KiatKiat Membina Keluarga Ideal dalam Islam
- Penulis: Prof. Dr. Siti Musdah Mulia, M.A.
- Penerbit: Elex Media Komputindo (Gramedia)
- Tahun Terbit: Agustus 2011
- Jumlah Halaman: 396 halaman comBukuBuku
Pokok-Pokok Pemikiran
- Musdah Mulia, lewat karya ini, mengingatkan bahwa keluarga bukanlah tempat menaklukkan atau ditaklukkan, melainkan tempat mencintai dan dicintai. Keluarga ideal bukan ditentukan oleh bentuk formalnya, tetapi oleh nilai-nilai yang mendasarinya: cinta, keadilan, kesetaraan, dan kasih sayang.
- Membangun “surga di bumi” bukan sekadar mimpi religius, melainkan kerja nyata membangun relasi keluarga yang memuliakan martabat setiap insan—sebagaimana tujuan utama Islam itu sendiri.
- Dalam tradisi Islam, keluarga disebut sebagai “al-madrasah al-ūlā” – sekolah pertama dalam kehidupan manusia. Di dalamnya, nilai-nilai agama, kemanusiaan, dan kebudayaan diwariskan dan dibentuk. Namun, dalam kenyataannya, tidak sedikit keluarga justru menjadi ruang kekerasan, ketidaksetaraan, bahkan ketidakadilan—terutama bagi perempuan dan anak.
- Dalam konteks inilah buku Membangun Surga di Bumikarya Musdah Mulia hadir, menawarkan sebuah paradigma baru: membangun keluarga sebagai “miniatur surga” yang memanusiakan manusia.
- Mengangkat hadits “Rumahku, surgaku”sebagai fondasi bahwa keluarga seharusnya menjadi tempat yang penuh kedamaian, ketentraman (sakinah), dan kasih sayang (mawaddah wa rahmah).
- Mengangkat dan mengedukasi nilai-nilai luhur keluarga dalam Islam adalah investasi moral dan sosialjangka panjang. Ia tidak hanya mereformasi relasi keluarga, tapi juga menyucikan kembali pemahaman kita terhadap agama sebagai jalan cinta, keadilan, dan kemanusiaan.
- Sebagaimana visi Musdah Mulia, membangun keluarga bukan sekadar soal menikah dan berketurunan, tapi soal menciptakan surga di bumi—tempat semua anggota keluarga bisa hidup dalam cinta, setara dalam hak, dan damai dalam batin.
Buku ini membahas:
- Dasar-dasar ajaran Islam mengenai pernikahan
- Lima prinsip dasar dalam rumah tangga:
- Ikatan yang kuat
- Kasih sayang dan tenggang rasa
- Hubungan yang makruf
- Kesetaraan
- Monogami
- Praktik kepemimpinan dalam rumah tangga dan cara mendidik anak secara manusiawi dan adil
- Isu-isu kontemporer yang sensitif dan dianggap tabu:
- Nikah beda agama
- Pernikahan siri
- Poligami
- Hak seksual
- Hak reproduksi perempuan
- Serta tinjauan terhadap reformasi hukum keluarga di berbagai negara Islam seperti Tunisia, Turki, Mesir, dan negara-negara lainnya, serta kesesuaiannya dengan UU Perkawinan di Indonesia
Signifikansi dan Relevansi: Buku ini penting karena Musdah Mulia memberikan perspektif progresif dan kontekstual terhadap problematika keluarga dalam masyarakat Muslim:
- Menawarkan pendekatan humanis dan inklusif terhadap tema keluarga—bukan dilihat sekadar norma agama yang kaku, melainkan sebagai ruang penuh cinta, penghormatan, dan kebebasan.
- Menempatkan kesetaraan gender dan keadilan sebagai prinsip esensial, dan membuka dialog terhadap praktik tabu seperti poligami, pernikahan beda agama, hingga hak seksual dan reproduksi.
- Memberi contoh konkret bagaimana reformasi hukum keluarga bisa berjalan di berbagai negara, sekaligus menantang Indonesia untuk melakukan hal serupa dengan berbasis nilai keadilan.
Isu penting buku ini
Keluarga Sebagai Ruang Etika dan Keadilan
Buku ini menekankan bahwa keluarga bukan sekadar lembaga biologis atau institusi sosial, melainkan ruang etika tempat nilai-nilai keadilan, kasih sayang, dan kesetaraan diwujudkan. Musdah menafsirkan ulang makna rumah tangga Islami bukan dengan pendekatan patriarkal tradisional, melainkan dengan paradigma etis profetik: mengedepankan keadilan (‘adl), kasih sayang (rahmah), dan musyawarah (syūra).
Lima prinsip keluarga ideal versi Musdah sangat relevan untuk dibahas secara reflektif:
- Ikatan spiritual dan emosional yang kuat
- Kasih sayang dan empati
- Hubungan yang makruf (beretika dan manusiawi)
- Kesetaraan gender
- Pilihan untuk hidup monogami sebagai relasi yang berkeadilan
Kelima prinsip ini bukan hanya ideal, tapi sangat aplikatif dalam menghadapi krisis relasi dan kekerasan domestik yang marak terjadi.
Menyoal Poligami dan Nikah Siri
Musdah Mulia secara terbuka mengkritik praktik poligami dan nikah siri sebagai bentuk relasi yang tidak adil dan tidak setara. Kritiknya bukan didasarkan pada emosi, tetapi pada pembacaan kritis terhadap teks-teks keagamaan dan realitas sosial yang menunjukkan bahwa praktik tersebut lebih banyak mendatangkan ketidakadilan.
Dengan argumentasi maqāṣid al-sharī‘ah, Musdah menunjukkan bahwa tujuan utama hukum Islam adalah menghadirkan maslahat dan mencegah kerusakan (mafsadat). Maka jika poligami dan nikah siri menimbulkan luka sosial, ekonomi, dan psikologis—terutama bagi perempuan dan anak—maka praktik itu semestinya ditinggalkan.
Hak Seksual dan Reproduksi: Bagian dari Keluarga Islami
Salah satu bagian paling reflektif dari buku ini adalah keberanian Musdah membicarakan isu yang tabu dalam masyarakat Muslim: hak seksual dan reproduksi perempuan. Dalam pandangannya, keislaman sejati tidak boleh menafikan hak perempuan atas tubuhnya sendiri, termasuk dalam hal keinginan memiliki atau tidak memiliki anak, menjaga kesehatan rahim, serta hak untuk terbebas dari kekerasan seksual dalam rumah tangga.
Ini mencerminkan tafsir Islam progresif yang menempatkan perempuan sebagai subjek moral, bukan objek seksual atau sekadar alat reproduksi.
Menuju Reformasi Hukum Keluarga
Buku ini juga menjadi seruan moral untuk mendorong reformasi hukum keluarga di Indonesia. Musdah mengangkat berbagai model reformasi dari negara-negara Muslim progresif seperti Tunisia dan Turki, yang berhasil menafsirkan ulang hukum keluarga dengan dasar kesetaraan, bukan subordinasi gender. Hal ini penting karena di Indonesia, UU Perkawinan masih mengandung banyak bias patriarkal.
Buku ini mengedukasi masyarakat tentang nilai-nilai luhur keluarga dalam Islam. Lalu, mengapa itu penting seperti yang dipaparkan dalam buku Membangun Surga di Bumi karya Musdah Mulia, setidaknya dapat dijelaskan melalui beberapa alasan mendasar berikut:
- Mengoreksi Distorsi terhadap Ajaran Islam
Banyak pemahaman masyarakat tentang keluarga dalam Islam didasarkan pada tafsir tekstual dan patriarkal, yang lebih menekankan dominasi laki-laki, ketaatan mutlak istri, dan pembiaran terhadap poligami, kekerasan domestik, serta ketimpangan gender.
Edukasi nilai luhur keluarga Islami yang berlandaskan rahmah (kasih sayang), ‘adl (keadilan), dan musyawarah membantu masyarakat melihat wajah Islam yang sejati—agama yang memanusiakan, bukan mendominasi.
- Merespons Krisis Relasi dalam Keluarga Muslim
Tingginya angka perceraian, KDRT, nikah anak, dan ketimpangan peran dalam rumah tangga merupakan indikator krisis nilai dalam kehidupan keluarga. Dalam konteks ini, edukasi berbasis nilai-nilai luhur Islam mampu menjadi solusi konkret yang:
- Membangun kesadaran bahwa pernikahan bukan arena kekuasaan, tapi kerja sama spiritual dan emosional.
- Menumbuhkan relasi yang setara antara suami dan istri.
- Menekankan pentingnya peran orang tua dalam mendidik anak dengan cinta, bukan kekerasan.
- Mendorong Reformasi Sosial Berbasis Spiritualitas
Islam tidak hanya agama ritual, tetapi juga etika sosial. Ketika keluarga menjadi ruang pembelajaran etika—tentang keadilan, tanggung jawab, saling menghormati, dan cinta—maka masyarakat pun akan dibentuk dari unit-unit sosial yang kuat dan sehat.
Edukasi keluarga Islami bukan hanya memperbaiki rumah tangga, tapi juga menjadi strategi reformasi sosial berkelanjutan.
- Memberdayakan Perempuan dan Anak dalam Ranah Domestik
Banyak perempuan tidak sadar hak-haknya dalam keluarga karena minimnya pemahaman keagamaan kritis. Begitu pula anak-anak kerap menjadi korban kekerasan karena dianggap “milik” orang tua.
Buku ini menunjukkan bahwa Islam mendukung hak perempuan dan anak untuk hidup dengan martabat, aman, dan bahagia. Edukasi seperti ini membebaskan perempuan dari kekerasan simbolik dan struktural.
- Menjawab Kebutuhan Generasi Milenial dan Z
Generasi muda saat ini menghadapi realitas pernikahan dan keluarga dengan tantangan yang kompleks: keterasingan emosional, konflik peran gender, dan krisis identitas spiritual. Dengan mengedukasi mereka tentang keluarga Islami berbasis nilai humanis, kita tidak hanya memberi jawaban keagamaan, tapi juga pedoman hidup yang aplikatif dan membumi.
- Mendukung Kebijakan dan Reformasi Hukum Keluarga yang Adil
Edukasi publik adalah prasyarat bagi reformasi kebijakan. Jika masyarakat tercerahkan dengan nilai-nilai luhur keluarga Islami, maka mereka akan:
- Mendukung revisi UU Perkawinan yang lebih adil gender.
- Menolak kekerasan atas nama agama dalam rumah tangga.
- Mengembangkan praktik pernikahan dan relasi keluarga yang etis.






