Pada Kamis (21/3) Ibu Musdah Mulia Direktur sekaligus Founder Muslimah Reformis hadir sebagai Narasumber dalam rangka Launching Ramadhan dan Tasyakuran 100 tahun Jemaat Muslim Ahmadiyah Indonesia di Double Tree By Hilton, Cikini. Acara dibuka dengan beberapa rangkaian dan sambutan dari Mirajuddin Sahid, Amir Nasional Jaringan Ahmadiyah Indonesa (JAI). Mirajudin Sahid menyampaikan pesan-pesan kebaikan kepada masyarakat luas, berharap dapat menjaga hubungan baik dengan masyarakat dan media agar memastikan JAI membawa manfaat dan adanya komunikasi terbuka dan transparan. Selain itu, ditambahkan pula oleh Mirajudin, bahwa mayoritas masyarakat di Indonesia belum mengetahui apa itu JAI oleh karenanya Mirajudin berharap JAI bisa terus membangun rkomunikasi dengan baik pada semua elemen masyarakat di Indonesia termasuk dengan media agar tidak ada kesalahpahaman antar masyarakat sipil. “Kami senantiasa berkomitmen untuk membangun komunikasi yang terbuka, transparansi yang mengedepankan perdamaian kepada seluruh masyarakat. Kita berharap memperkuat hubungan ini agar pesan yang disampaikan tidak hanya sampai dengan jelas tetapi juga sampai dengan penuh pemahaman” Tuturnya.
Dalam acara ini Musdah Mulia juga menyampaikan beberpa point penting dalam pemaparannyayang diantaranya terkait fokus tentang transformasi yang terjadi pada perempuan Ahmadiyah. Musdah menekankan perempuan Ahmadiyah sudah terorganisasi dengan baik (well organisation) yang disebut dengan Lajnah Imaillah.
Musdah berpandangan kegiatan yang dilakukan Lajnah Imaillah mencakup pemenuhan kebutuhan perempuan yang berfokus pada hal-hal yang sifatnya praktis terutama pada pendidikan dan kesehatan. Namun, Musdah memberikan kritik membangun kepada Lajnah Imaillah agar organisasi ini dapat berkiprah pada program-program yang sifatnya strategis, melahirkan kebijakan-kebijakan yang memihak kepada penegakan keadilan gender bagi masyarakat yang masih terkungkung dengan budaya patriarkal dan tafsir-tafsir misoginis yang sangat tidak menguntungkan bagi kebanyakan perempuan.
Musdah Mulia menambahkan hal yang perlu dicatat dan dicontoh bahwa Lajnah Imaillah mempunyai kemandirian dalam bidang ekonomi yang mempunyai kegiatan filantropi yang sangat luar biasa, mempunyai pundi-pundi keuangan yang dinamakan dengan ‘Canda’ yaitu semua anggota wajib memberikan kontribusi berupa iuran. Kekuatan Canda inilah yang mampu memberdayakan perempuan Ahmadiyah. “Sepanjang perempuan punya keberdayaan ekonomi, sepanjang itu ia mampu mengatakan tidak”. Tuturnya Sehingga perlu untuk mendidik anak-anak khususnya perempuan untuk memiliki keberdayaan ekonomi karena sangat penting perempuan memiliki kemandirian finansial.
Musdah Mulia menambahkan bahwa dalam banyak riset bahwa perempuan itu jauh lebih religius daripada laki-laki, karena spiritualitas itu bukan hanya agama semata tetapi bagaimana kita dapat bersosialisasi dengan manusia dan ini yang ada apda perempuan Ahmadiyah. Terbukti ketika mengikuti kegiatan Jalsa Salanah perempuan Ahmadiyah masih tetap memenuhi kebutuhan anak dan suami melalui komunikasi handphone. Sehingga perlu memahami bahwa spiritual itu bagaimana kita mempunyai empati terhadap sesama, terhadap anak, suami, istri, masyarakat, negara dan rasa peduli kepada orang lain.
“Kedepan penting adanya upaya-upaya lebih memberikan keleluasaan namun, tetap kembali kepada organisasi mana yang terbaik yaitu, bagaimana perempuan-perempuan Ahmadiyah mempunyai kesempatan untuk mengembangkan pemikiran-pemikiran yang kritis untuk membangun inovasi-inovasi yang lebih besar lagi untuk kemaslahatan dan kesejahteraan organisasi, umat dan bangsa” Tutupnya.