‘Seb-i Arus’ Sebuah Perayaan Malam Pengantin di Turki
Oleh: Musdah Mulia
Seb-i Arus (Malam Pengantin) adalah perayaan tahunan di Konya, Turki, untuk memperingati wafatnya penyair sufi terkenal, Jalaluddin Rumi (Mevlana Rumi), yang oleh pengikutnya dianggap sebagai “malam reuni” (kembali) dengan Tuhan, bukan kematian biasa. Perayaan yang berlangsung setiap bulan Desember, terutama sekitar tanggal 17 Desember, menampilkan ritual tarian Sema yang ikonik oleh para darwis berputar (semazen) sebagai bagian dari tradisi sufi untuk mengenang Rumi.
Perayaan ini menandai hari kematian Rumi pada tahun 1273 Masehi, yang diyakini sebagai momen pembebasan spiritual dan penyatuan dengan “Sang Kekasih” (Tuhan). Karena keyakinan Rumi, Seb-i Arus adalah perayaan kebahagiaan dan reuni spiritual, bukan kesedihan. Rumi berpesan agar kematiannya tidak ditangisi sebab kematian baginya adalah kegembiraan bertemu sang kekasih (Allah swt), dan itulah yang disebut Seb-i Arus atau malam pengantin.
Tarian Sema: Tarian berputar darwis adalah ritual utama yang menampilkan gerakan mistik untuk mencapai penyatuan spiritual, seperti yang dicontohkan oleh Rumi. Peringatan itulah yang kini menjadi festival sufi yang merayakan kehidupan dan ajaran Mevlana Rumi melalui ritual dan tarian simbolis di kota asalnya, Konya. Acara ini digelar di sebuah gedung teater mewah, Mevlana Cultural Center yang berlokasi di pusat Konya, Turki, sekitar 11 jam naik bus dari Istanbul.
Sema Hall di Mevlana Cultural Center menjadi saksi bagi ratusan orang yang hadir khusus untuk menyaksikan pertunjukan. Sebelum pertunjukan utama tarian sema, acara dibuka dengan lantunan ayat suci Al-Qur’an, lalu diikuti konser dari penyanyi klasik Turki, Ahmet Ozhan, yang menyanyikan lagu-lagu sufistik. Kemudian puncak acara spiritual berupa tarian sema. Sekitar 40 penari darwis melakukan tarian sufi yang indah sambil berputar-putar mengikuti arah jam.
Pertunjukan ini berlangsung selama 2 jam non stop dan diadakan dua kali dalam sehari. Namun, untuk mendapatkan tiket masuk harus pesan jauh hari sebelumnya. Tidak mudah mendapatkan tiket pertunjukan spiritual ini. Yang menarik karena pengunjung datang dari berbagai latar belakang agama dan kepercayaan. Mereka berasal dari masyarakat setempat maupun wisatawan asing. Hal itu dimungkinkan karena Rumi tidak membedakan manusia berdasarkan agama atau apa pun. Baginya, semua manusia adalah setara di hadapan Tuhan. Tidak heran jika ajaran Rumi dianggap sebagai ajaran yang mengedepankan prinsip egalitarian.
Festival Rumi berlangsung selama 10 hari sejak 10 sampai 17 Desember setiap tahun. Selama itu kota Konya akan terlihat ramai oleh pengunjung yang datang dari berbagai belahan dunia dan dari beragam latar belakang agama dan kepercayaan, meskipun mayoritasnya tampak beragama Islam. Selama 10 hari tersebut ada banyak kegiatan berlangsung di Konya, seperti simposium, konser, pameran, hingga bazar yang membuat kota ini hidup penuh cahaya, dan semua itu berkat Rumi.
Alhamdulillah, saya bersyukur bisa menyaksikan langsung peringatan ke 752 tahun wafatnya Rumi pada 17 Desember ini. Selain itu, sempat mengunjungi berbagai tempat bersejarah lainnya, dan menziarahi beberapa guru dan murid Rumi di Konya dan sekitarnya. Ya Allah semoga saya mampu mengimplementasikan ajaran-ajaran Rumi walau dalam level yang masih sangat rendah, itupun sudah merupakan berkah bagi saya.






