Manusia dan bumi adalah satu kesatuan, manusia menumpang hidup dibumi tetapi kadang tidak tahu diri. Bumi memberikan semua kebutuhan setiap mahluk yang ada didalamnya, mulai dari kebutuhan sandang pangan dan papan, semuanya memerlukan jasa bumi lalu manusia mengolahnya sendiri.
Tranformasi bumi dari zaman pubakala, yunani kuno sampai sekarang sangatlah berbeda. Cara berfikir manusia memang maju apalagi tentang teknologi tapi terkadang manusia lupa untuk berterimakasih pada jasa bumi yang hampir tidak diakui. Jika kita sudah berpakaian rapih hari ini semua itu karena jasa tanaman yang kita ambil seratnya untuk dijadikan sehelai kain.
Salah satu permasalahan besar yang dianggap sepele terhadap kelestarian lingkungan yaitu sampah. Hampir semua orang menghasilkan sampah setiap harinya baik itu sampah industri maupun sampah domestik. Sampah menurut Undang-Undang Repulik Indonesia No. 18 tahun 2008 yaitu sisa kegiatan sehari-hari manusia dan proses alam yang berbentuk padat. Sampah merupakan masalah yang serius untuk keberlangsungan hidup manusia mulai dari masalah kesehatan, pencemaran udara, air dan tanah.
Hampir di setiap sudut kota banyak sekali wadah yang bertuliskan buanglah sampah pada tempatnya dan semua orang juga mengetahui apa fungsinya. Tidak mungkin pemerintah menghabiskan dana APBD hanya untuk hiasan saja pasti ada manfaatnya bagi masyarakat. Kebiasaan yang banyak dilakukan oleh masyarakat saat ini adalah tidak peduli terhadap lingkungan. Sebagai contoh, seseorang yang sedang duduk di halte bus sambil minum es dan makan cemilan, begitu bus datang, orang itu pergi dengan meninggalkan jejak tapi bukan jejak prestasi juga bukan sebuah karya yang ada, melainkan hanya menyisakan sampah!
Seharusnya, sebagai orang beradab, dia mau berjalan beberapa meter untuk mencari tong sampah. Dengan begitu, mungkin dia akan jadi panutan untuk orang-orang di sekitarnya. Bisa juga dia mengambil sampah tersebut lalu dimasukkan ke dalam tasnya. Dia membuangnya ketika menemukan tong sampah.
Mungkin kita juga pernah menemukan anak bersama ibunya dalam sebuah perjalanan, ketika anak kecil itu bertanya kepada ibunya kemana dia harus membuang sampah, dengan sigap ibunya menjawab buang saja ke jalan. Sungguh miris sekali padahal anak kecil itu akan tumbuh bersama dengan apa yang ibunya ajarkan. Kebiasaan buruk itu akan terus dilanjutkan sampai anak tumbuh dewasa.
Permasalahan sampah ini tugas semua lapisan masyarakat, bukan hanya tugas petugas kebersihan saja. Karena itu, apa salahnya kita menjaga kebersihan sebagai bentuk terimakasih kita pada bumi. Setidaknya dengan begitu kita bisa meringankan tugas pahlawan kebersihan yang tugasnya sangat berat sekali.
Sampah plastik yang kita buang sembarangan kebanyakan akan berakhir di lautan sedangkan di laut banyak sekali ekosistem yang mempengaruhi kehidupan manusia. Contoh yang paling dekat adalah ikan. Ikan dan hewan laut lainnya akan memakan plastik karena mengira plastik sebagai makanannya.
Plastik sulit terurai membutuhkan waktu puluhan tahun bahkan sampai ratusan tahun. Belum lagi permasalahan di darat yang disebabkan oleh plastik seperti banjir di ibu kota salah satu penyebabnya karena mampet nya selokan atau menguapnya sungai akibat menumpuknya sampah plastik. Hal tersebut bukan terjadi satu atau dua kali, tetapi sangat sering sekali.
Undang-undang yang mengatur pengelolaan lingkungan sudah banyak namun cara masyarakat dalam mengimplementasikannya masih terbata-bata seperti tidak ada aturan. Undang-undang No. 18 tahun 2008 tentang pengelolaan sampah menyebutkan bahwa tujuan dari pengelolaan sampah agar meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas hidup serta menjadikan sampah sebagai sumber daya.
Tugas kita sebagai seorang Muslimah millennial reformis untuk melestarikan lingkungan salah satunya membantu mengatasi permasalahan yang semakin hari semakin buruk yaitu sampah. Jika generasi milenial sekarang pandai menguasai teknologi maka seharusnya dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya sebagai bentuk kontribusinya terhadap lingkungan.
Muslimah Millennial Reformis perlu mengkampanyekan konten-konten terkait lingkungan, khususnya sampah agar banyak orang yang selalu diingatkan. Pada hakikatnya semua orang juga sudah mengetahui bahayanya membuang sampah sembarangan, hanya saja belum ada kesadaran penuh untuk melakukannya.
Generasi millennial juga bisa berinovasi dalam mengatasi permasalahan sampah sebagai bentuk kontribusinya dalam menjaga lingkungan. Generasi millennial diharapkan dapat berkolaborasi dengan berbagai komunitas setempat menyatukan sinergi dimulai dari lingkungan tempat tinggal sendiri.
Sampah plastik bisa bernilai ekonomis jika didaur ulang seperti dibuat aspal, batako, kerajinan tangan (tas, hiasan, dompet) dan lain-lain. Di Surabaya pada tahun 2019 sampah plastik sudah dimanfaatkan menjadi energi listrik.
Menjaga lingkungan juga merupakan bagian dari nilai-nilai islam yaitu hubbul watan minal iman “mencintai tanah air adalah sebagian dari pada iman”, nilai hubbul watan bukan hanya mengajarkan manusia untuk mempunyai nilai nasionalisme, namun bisa juga diimplementasikan dengan bergotong-royong membantu sesama dan juga menjaga lingkungan.
Islam sudah memerintahkan manusia menjaga lingkungan seperti pada surah Al-‘Araf: 56 yang artinya “Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi, sesudah Allah memperbaikinya dan berdo’alah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan) sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik”. Karena itu, bagi mereka yang mengaku beragama Islam, tunjukkan bahwa anda telah menjalankan ajaran Islam dengan konsisten.
Siti Nuryana adalah Alumni pelatihan Muslimah Milenial Reformis Wilayah Jakarta