|

Muslimah Reformis

Memaknai Ajaran Tauhid mengantarkan Pada Nilai Kemanusiaan

Beberapa hari yang lalu saya diberi kesempatan berada dalam satu forum bersama kawan-kawan aktivis perempuan, dalam kegiatan Milenial Reformis yang diadakan oleh Muslimah Reformis Foundation. Menjadi pengalaman sekaligus pembelajaran untuk saya mengenal lebih jauh tentang konsep keadilan dan kesetaraan gender, wawasan kebangsaan, pelestarian lingkungan dan pemahaman literasi agama yang bersifat inklusif, semua materi yang disampaikan sangatlah relevan dengan konteks saat ini.

Kegiatan berlangsung selama 4 hari, sampai pada konsep kesetaraan dan keadilan gender banyak diskusi yang kami lakukan, salah satunya pada pemaknaan pekerjaan Domestik yang hanya boleh dilakukan oleh perempuan saja bahkan menjadi kewajiban perempuan itu sendiri, seperti memasak, mencuci, menyapu, dan sebagainya. Secara tidak sadar mungkin kita merasakan hal itu, misalnya dalam dunia organisasi atau beberapa kegiatan dimana perempuan identik dengan “bidang konsumsi” yang ditugaskan untuk menyiapkan makanan atau menyajikannya. Padahal, semua  pekerjaan tidak  memandang  gender, semua bisa dilakukan oleh laki-laki maupun perempuan secara bersama-sama tanpa merugikan salah satu pihak. Sesungguhnya gender adalah hasil dari kontruksi sosial masyarakat yang dominan dan hal itu bisa diubah.

Saya jadi teringat ibu-bapak dan kakak, kami sering berbagi peran dalam urusan pekerjaan rumah tangga, menurut ibu semua harus terlibat untuk urusan rumah karena yang tinggal bukan hanya ibu maka yang harus bertanggung jawab menjaga kerapihan dan kenyamanannya adalah secara bersama-sama. Bahkan bapak yang menjadi kepala keluarga tidak pernah marah jika harus membantu ibu untuk urusan dapur, ternyata implementasi nilai kesetaraan dan keadilan gender sudah saya rasakan saat ini, hanya saja diluar sana masih ada orang-orang yang enggan beranggapan akan hal itu sehingga masih banyak ketimpangan gender dan melahirkan bentuk ketidaksetaraan dan ketidakadilan, mirisnya sampai pada perlakuan tindakan kekerasan, diskriminasi, subordinasi, eksploitasi dan beban ganda terhadap perempuan.

Disinilah peran kita sangat penting, bahwasannya Islam hadir memberikan nilai tauhid yang akan mengantarkan kehidupan manusia yang harmonis dan damai, melalui ajaran tauhidpun sudah diajarkan oleh Rasulullah, dimana ia selalu membebaskan masyarakat khususnya yang tertindas dari semua belenggu kedzaliman jahiliyah dari tindakan diskriminasi, eksploitasi dan kekerasan. Islam sebagai agama yang humanis selalu mengandung ajaran dan nilai-nilai kemanusiaan, salah satu bentuknya ialah pengakuan tulus anatara kesaman dan kesatuan manusia. Dimana semua manusia dilahirkan sebagai khalifah dimuka bumi, semua manusia sama dan berasal dari sumber yang satu. Yang membedakan hanyalah prestasi dan ketaqwaannya manusia itu sendiri, soal ketaqwaan hanyalah tuhan yang berhak melakukan penilaian.

Seperti dikutip dari buku Muslimah Reformis Karya Prof. Dr. Musdah Mulia,  bahwasannya tujuan hakiki Islam adalah memanusiakan manusia,  membina manusia agar menjadi baik dalam semua aspek: fisik, mental, spiritual dan aspek sosial. Karena intisari dari semua ajaran Islam menjelaskan mana perbuatan yang baik dan yang buruk, sehingga ajaran Islam memberikan tuntunan kepada manusia agar mengerjakan perbuatan baik dan mengindari perbuatan buruk demi kebahagiaan dan ketentraman manusia itu sendiri. Sesungguhnya Tuhan sama sekali tidak merasa untung jika manusia mengikuti aturan yang diwahyukan dan sebaliknya juga tidak merasa rugi jika mengabaikan tuntunann-Nya.

Dalam konteks saat ini, sangat penting memanusiakan-manusia lainnya, dimana perlu menghormati sesama manusia tanpa memandang jenis kelamin (biologis), jenis kelamin sosial (gender), ras, suku, agama, budaya dan beberapa ikatan lainnya. Karenanya Islam memberikan dua aspek ajaran penting tentang ketuhanan (hablun minallah) dimana bersisi seperangkat kewajiban kepada tuhan, dan kemanusiaan (hablun minannas) berisi seperangkat tuntunan yang mengatur hubungan antarmanusia dan hubungan dengan alam sekitarnya, dengan memperlakukan manusia secara bermartabat dan tentunya menjaga lingkungan serta kelestarian alam untuk keberlangsungan semua makhluk di seluruh semesta. sebab, bertauhid yang benar akan mengantarkan manusia pada kehidupan yang bahagia dan damai.

 

Tia Mega Utami, 18 Maret 2021