|

Muslimah Reformis

Pertemuan Damai PAUS – AYATULLAH

Dua tokoh dunia bertemu: Paus Francis, pemimpin Katolik dan Ayatullah Ali al-Sistani, pemimpin Islam Syiah.

Keduanya sudah sangat sepuh namun usia tak menghalangi spirit keduanya bertemu secara damai di Najaf, Iraq.

Pertemuan Sabtu lalu itu berlangsung selama 40 menit membahas pentingnya perdamaian dan upaya melawan kekerasan atas nama agama.

Hal yang mencengangkan, Ayatullah bermukim di sebuah rumah yang terletak dalam gang sempit. Rumahnya pun amat sederhana untuk ukuran seorang pemimpin agama. Lalu, Paus pun tertatih-tatih memasuki rumah yang sangat kecil itu. Keduanya bertemu dg pakaian kebesaran masing-masing, Paus dengan busana warna serba putih, sedang baju Ayatullah serba hitam. Warna baju keduanya memang kontras, namun niat dan visi keduanya sama dan sebangun. Keduanya punya keinginan kuat membangun perdamaian, mengakhiri semua konflik dan kekerasan untuk alasan apa pun.

Pertemuan kedua tokoh yang semuanya berbeda: kebangsaan, kepercayaan, ras, suku, dan seterusnya meyakinkan saya bahwa perdamaian adalah impian terindah semua manusia. Manusia secara naluriah pasti menginginkan kondisi damai.

Kunjungan Paus diharapkan semakin meningkat upaya2 memberikan jaminan kebebasan beragama bagi semua penganut agama, terutama non-Katolik di Vatikan dan sekitarnya. Sebaliknya, semakin kuat pula jaminan kebebasan beragama bagi semuanya, khususnya non-Islam di Iraq.

Hal mengejutkan dari Ayatullah, beliau sangat paham demokrasi dan mengupayakan pemenuhan hak2 sipil, termasuk hak kebebasan beragama bagi semua masyarakat.

Sikap bijak Ayatullah itu lah yang mendorong Paus berkunjung ke rumahnya di Iraq.

Tentu bukan hal mudah bagi keduanya untuk bertemu. Berbulan-bulan staf kedua belah pihak membahas kunjungan itu. Hambatan ternyata lebih pada soal keamanan. Negara Iraq masih belum sepenuhnya aman. Selain isu keamanan, isu lain yg menghambat adalah covid 19.

Siapa yg tak kenal Paus satu ini? Kalau sudah punya kemauan, tak ada yang mampu menolak. sangat kuat untuk ke Iraq.Sepanjang sejarah Iraq, belum ada Paus berani ke sana. Beliau telah mengukir nama cemerlang sebagai pionir. Beliau mampu mematahkan semua kendala dan godaan untuk bersikap bijak dan manusiawi. Beliau membuktikan kepada kita, jika ada kemauan untuk merajut damai, pasti Tuhan membukakan jalan. Karena itu penting menanamkan komitmen damai di mana saja dan kapan saja, itulah tujuan kita sebagai manusia beragama.

Ada hal yg mencuri perhatian ketika rumah Ayatullah disorot kamera. Di sana terbentang satu spanduk. Isinya sangat damai dan menyejukkan. Kalimat di spanduk itu berasal dari ungkapan bijak Ali bin Abi Thalib –panutan utama pengikut Syiah. Ali adalah salah satu dari empat sahabat tepercaya Nabi Muhammad saw. Tertulis: “Kita ini bersaudara, kalau bukan saudara seiman, pastinya kita saudara sesama manusia. Esensi kalimat inilah yg seharusnya kita amalkan dalam hidup bersama dalam masyarakat.

Pertemuan damai Paus dan Ayatullah seharusnya menginspirasi umat manusia di mana pun berada bahwa perdamaian jauh lebih indah dari konflik dan peperangan, apa pun alasannya.

Sebab, konflik, perseteruan dan perang hanya menimbulkan rasa sedih, dendam dan kemarahan. Semua itu justru menjadi sumber penyakit fisik dan psikis yg hanya membuat manusia merana, kecewa dan frustrasi.

Hidup di dunia ini sangat singkat. Mari kita jalani hidup yang hanya sekali ini dengan penuh rasa damai dan bahagia dengan menebar cinta, kasih-sayang dan kepedulian, empati serta ketulusan utk membantu. Semoga kita semua selalu sehat dan bahagia. Amin.

12 Maret 2021, Musdah Mulia.