|

Muslimah Reformis

Kondisi Dinamis Untuk Kesehatan Mental

Setiap kali scrolling di media sosial, kita pasti akan menemukan konten yang membahas tentang kesehatan mental. Konten-konten tersebut terbit dalam bentuk foto, video, dan audio. Melihat betapa masifnya pembahasan tentang kesehatan mental di media sosial selaras dengan apa yang saya temukan di real life. Beberapa kali, saya bertemu dengan orang-orang yang lebih mengutamakan kesehatan mentalnya ketimbang menjadi kaya raya atau menjadi populer.

Kesehatan mental adalah bidang yang sudah digeluti sedemikian lama oleh para akademisi dan cendekiawan. Bagi warganet biasa yang bukan siapa-siapa seperti saya, diskursus kesehatan mental adalah fenomena baru yang mesti saya selami lebih dalam. Inner child, bipolar, NPD, dan seterusnya dan sebagainya, merupakan istilah baru bagi saya yang belum terlalu karib dengan aliran-aliran psikologi. Saya yakin, istilah ini pun masing asing di telinga banyak orang.

 

Keadaan yang Dinamis

Asal-usul istilah kesehatan mental berasal dari konsep mental hygiene. Kata mental berasal dari bahasa Yunani yang memiliki arti psikis atau kejiwaan, sedangkan hygiene mengacu pada kebersihan dan kesehatan. Konsep mental hygiene menggambarkan kesehatan mental sebagai keadaan yang dinamis, bukan statis, yang memerlukan usaha konstan untuk memeliharanya.

Kesehatan mental mengacu pada keadaan di mana seseorang merasa baik dan sadar akan kemampuannya sendiri, mampu menghadapi stres sehari-hari dengan efektif, berkinerja baik dalam pekerjaan, dan memiliki kemampuan untuk berkontribusi dalam lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, kesehatan mental melibatkan aspek-aspek fisik, psikologis, dan sosial dari individu.

Kesehatan mental merujuk pada kondisi di mana individu tidak mengalami gangguan atau penyakit mental. Kondisi mental yang sehat menunjukkan ketahanan terhadap stressor (pemicu stres), sehingga individu yang memiliki kesehatan mental yang baik mampu mengatasi tekanan baik dari faktor internal maupun eksternal.

Terdapat beberapa faktor yang dapat menjadi penyebab individu mengalami gangguan kesehatan mental. Beberapa di antaranya adalah cedera kepala, faktor genetik dengan riwayat gangguan kesehatan mental dalam keluarga, pengalaman kekerasan rumah tangga atau bentuk pelecehan lainnya, serta pengalaman traumatis saat masa kanak-kanak.

Kelainan senyawa kimia otak atau gangguan otak juga dapat berkontribusi. Diskriminasi, stigma, kehilangan orang terdekat, serta masalah sosial seperti kemiskinan atau utang, juga memiliki peran. Menjaga anggota keluarga atau teman yang sakit kronis, menghadapi pengangguran atau kehilangan pekerjaan, serta dampak negatif zat racun, alkohol, atau obat-obatan terhadap otak turut menjadi faktor yang dapat memengaruhi.

Stres berat yang berlangsung dalam jangka waktu lama, isolasi sosial, lingkungan perumahan yang tidak kondusif, dan pengalaman trauma serius seperti terlibat dalam pertempuran militer, mengalami kecelakaan parah, atau menjadi korban tindak kriminal, semuanya juga dapat berkontribusi terhadap gangguan kesehatan mental.

 

Faktor Peningkatan Resiko

Setiap orang berpotensi mengalami gangguan kesehatan mental. Untuk mendeteksi, kita dapat memetakan beberapa faktor yang berpotensi meningkatkan risiko seseorang mengalami gangguan kesehatan mental yang dapat dikelompokkan ke dalam beberapa kategori.

Pertama, terdapat perbedaan risiko antara jenis kelamin. Perempuan memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami depresi dan kecemasan, sementara laki-laki cenderung lebih rentan terhadap ketergantungan zat dan perilaku anti sosial.

Kedua, fase khusus dalam kehidupan seperti pasca melahirkan juga memiliki dampak. Setelah melahirkan, perempuan dapat berisiko mengalami berbagai jenis gangguan mental yang memerlukan pemahaman lebih mendalam.

Ketiga, masa kanak-kanak yang penuh tantangan atau gaya hidup yang tidak sehat juga dapat berkontribusi. Pengalaman masa kecil yang sulit atau pola hidup yang tidak seimbang pun dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya gangguan kesehatan mental.

Faktor-faktor lainnya meliputi jenis pekerjaan yang memicu stres, seperti profesi medis atau pekerjaan dalam dunia bisnis. Pekerjaan apa pun yang menyita tenaga, waktu, dan pikiran, selalu berpotensi memicu stres. Riwayat keluarga dengan penyakit mental juga dapat memainkan peran penting, demikian pula dengan kelahiran dengan kelainan otak.

Pengalaman penyakit mental yang sebelumnya telah diidap dan mengalami kegagalan dalam aspek-aspek hidup seperti dalam pendidikan atau karir juga dapat menjadi faktor risiko. Penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan terlarang pun akan memperburuk situasi dan meningkatkan risiko gangguan kesehatan mental.

 

Identifikasi Gejala Umum

Tanda-tanda gangguan kesehatan mental bisa bervariasi, tergantung pada jenisnya. Meskipun begitu, bisa disimpulkan bahwa ada beberapa gejala umum dari kondisi kesehatan mental yang dapat diidentifikasi.

Pertama, perilaku yang menunjukkan masalah seperti berteriak atau bertengkar dengan anggota keluarga dan teman-teman, serta kemampuan untuk merespons situasi sehari-hari yang terganggu.

Kedua, perubahan dalam pikiran dan persepsi, seperti delusi, paranoid, atau mengalami halusinasi, serta sulitnya memusatkan perhatian.

Ketiga, perasaan yang tidak stabil seperti rasa takut, kekhawatiran yang berlebihan, dan perasaan bersalah yang terus-menerus, juga kesulitan mengatasi stres atau tantangan harian.

Selain itu, gejala lain meliputi kemarahan berlebihan dan kecenderungan untuk berperilaku agresif, pengalaman traumatis yang sulit dilupakan, serta pikiran tentang menyakiti diri sendiri atau orang lain. Juga termasuk penarikan diri dari interaksi sosial dan rutinitas sehari-hari, persepsi halusinasi atau keyakinan yang tidak benar, serta mengalami nyeri fisik yang tidak dapat dijelaskan.

Perubahan suasana hati yang tiba-tiba dapat menyebabkan masalah dalam hubungan dengan orang lain, perasaan sedih, kehilangan harapan, dan energi yang menurun juga merupakan indikator gejala umum gangguan kesehatan mental. Karena itu, mari kuatkan perhatian pada kesehatan mental diri dan orang-orang sekitar. Pastikan bahwa kita baik-baik saja dan tak ada perubahan berarti yang mengacu pada gangguan kesehatan mental.

Gangguan perilaku seperti peningkatan konsumsi alkohol, rokok, atau narkoba, serta perubahan drastis dalam kebiasaan makan dan gairah seks, juga termasuk dalam gejala umum. Gangguan tidur, kelelahan ekstrem, kesulitan dalam menjalankan tugas sehari-hari seperti merawat anak atau beraktivitas di sekolah atau tempat kerja, dan kesulitan dalam memahami situasi atau orang-orang, juga patut diwaspadai.

 

Jawaban dalam Islam

Kesehatan mental menjadi perhatian utama banyak orang, juga tak luput diperhatikan oleh kaum Muslim. Lalu-lalang pandangan yang beragam mengenai bagaimana Islam menanggapi isu-isu kesehatan mental menemui jalan-jalan alternatif yang perlu kita telusuri satu per satu.

Kebingungan dan kesalahpahaman seringkali mewarnai respons Islam terhadap permasalahan ini. Beberapa meyakini bahwa pendekatan kepribadian Islam memungkinkan untuk menjadi solusi untuk masalah kesehatan mental. Namun, apakah pandangan ini benar adanya?

Banyak kasus kesehatan mental yang dihadapi individu sering kali mendapat tanggapan negatif dari lingkungan sekitarnya, dikarenakan keterbatasan pengetahuan masyarakat mengenai gangguan jiwa.

Kesehatan mental atau mental health merujuk pada keadaan di mana individu tidak mengalami gangguan mental atau jiwa dan mampu menjaga kesejahteraan baik secara psikologis maupun fisik. Secara lebih spesifik, kesehatan mental mencakup empat kategori: kondisi sehat, gangguan kecemasan, stres, dan depresi.

Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI), kesehatan mental yang baik mencerminkan kondisi jiwa seseorang yang tenang dan stabil, memungkinkannya menikmati rutinitas harian dan menghargai orang di sekitarnya.

Dalam budaya yang sering kali mengaitkan masalah kesehatan mental dengan keyakinan dan tradisi, seringkali masyarakatnya enggan menerima penjelasan ilmiah mengenai masalah ini. Pemahaman yang terbatas ini seringkali menyebabkan beberapa orang memilih untuk mengabaikan perawatan medis dan psikiatris yang dapat membantu mengatasi gangguan mental.

Berdasarkan ajaran Islam, pandangan mengenai gangguan mental tidak terlalu berbeda dengan pandangan ahli kesehatan mental umumnya. Zakiah Daradjat dalam bukunya yang berjudul Kesehatan Mental (1985) mendefinisikan kesehatan mental dalam empat aspek.

Pertama, kebebasan dari gejala gangguan jiwa atau neurosis; kedua, kemampuan adaptasi dengan diri sendiri, orang lain, dan masyarakat sekitar; ketiga, upaya untuk mengembangkan potensi diri semaksimal mungkin; dan keempat, tercapainya harmoni antara fungsi jiwa dan kemampuan menghadapi masalah dengan positif.

Islam menyajikan pandangan dan panduan komprehensif, termasuk cara-cara untuk merawat kesehatan mental. Hubungan antara agama dan kesehatan mental dalam Islam adalah sebagai bentuk terapi. Keyakinan dan penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah diyakini akan membawa ketenangan batin, membentuk kehidupan yang seimbang dunia dan akhirat.

Kesejahteraan mental adalah hal yang diinginkan oleh semua orang, karena kesehatan mental bukan hanya tentang fisik semata, melainkan juga tentang kondisi jiwa. Oleh karena itu, menjaga kesehatan mental adalah tindakan penting. Dalam realitas hidup yang penuh dengan tantangan, cemas, dan keragu-raguan, kepribadian Islam dipandang sebagai solusi yang dapat memberikan arah dan ketenangan.

 

Mencegah dan Mengobati

Upaya pencegahan gangguan kesehatan mental melibatkan serangkaian langkah yang dapat diambil untuk menjaga keseimbangan jiwa. Salah satu tindakan yang penting adalah berpartisipasi dalam aktivitas fisik secara teratur dan menjaga tubuh tetap aktif.

Kita juga dapat memberikan bantuan kepada orang lain dengan tulus yang akan berkontribusi dalam menjaga kesehatan mental. Mengembangkan pola pikir positif dalam keseharian juga menjadi langkah penting lainnya yang membantu melawan pengaruh negatif yang bisa memicu gangguan jiwa.

Kemampuan untuk mengatasi masalah juga perlu diasah, karena hal ini memungkinkan kita menghadapi tantangan hidup dengan lebih efektif. Jika diperlukan, singkirkanlah dahulu rasa malu saat mencari bantuan dari para profesional yang terlatih dalam bidang kesehatan mental.

Menjaga hubungan yang baik dengan orang lain dalam lingkungan sosial kita akan membantu menciptakan dukungan emosional yang positif. Terakhir, mari biasakan untuk memberi tubuh waktu istirahat yang cukup dan berkualitas. Cara ini amat berguna untuk menjaga keseimbangan jiwa secara keseluruhan.

Dalam mengatasi gangguan kesehatan mental, terdapat beberapa pendekatan yang bisa dipilih sesuai dengan keadaan individu yang mengalami, yaitu:

Pendekatan pertama adalah psikoterapi. Psikoterapi merupakan jenis terapi yang memungkinkan individu untuk berbicara tentang perasaan mereka dan menerima panduan yang sesuai dari ahli psikoterapi. Terapi ini mencakup berbagai metode seperti cognitive behavioral therapy, exposure therapy, dan dialectical behavior therapy.

Pendekatan kedua adalah pemberian obat-obatan. Pendekatan ini bertujuan untuk mengatur senyawa kimia di otak. Golongan obat seperti selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI), serotonin-norepinephrine reuptake inhibitor (SNRIs), dan antidepresan trisiklik sering digunakan. Biasanya, obat-obatan ini dikombinasikan dengan psikoterapi untuk hasil yang lebih baik.

Dalam kondisi tertentu, perawatan intensif di rumah sakit mungkin diperlukan, terutama jika pengidap memerlukan pengawasan ketat terhadap gejala yang dialaminya. Jika ada indikasi darurat seperti percobaan bunuh diri, perawatan intensif juga dapat direkomendasikan.

Pendekatan keempat adalah melibatkan kelompok dukungan (support group). Kelompok ini biasanya terdiri dari individu yang mengalami kondisi serupa atau telah mengatasi gangguan mental. Melalui pertemuan kelompok ini, anggota berbagi pengalaman dan memberikan dukungan satu sama lain menuju pemulihan.

Terapi kelima adalah stimulasi otak. Terapi ini melibatkan prosedur seperti elektrokonvulsif, stimulasi magnetik transkranial, dan stimulasi saraf vagus. Tujuannya adalah untuk merangsang aktivitas otak dan dapat diterapkan dalam beberapa kasus.

Untuk individu yang terlibat dalam penyalahgunaan zat, pendekatan keenam adalah rehabilitasi. Tujuannya adalah untuk membantu mereka dalam mengatasi gangguan kesehatan mental yang timbul akibat ketergantungan zat terlarang.

Selain bantuan medis, individu juga dapat melakukan perawatan mandiri. Pendekatan ini meliputi mengubah pola hidup, menjaga pola makan sehat, dan mengelola stres. Pendekatan ini bersifat komplementer dan dapat mendukung proses pemulihan.

 

Mengubah Paradigma

Penting untuk diingat bahwa penanganan gangguan kesehatan mental sebaiknya dilakukan sesegera mungkin, mengingat dampaknya juga dapat memengaruhi kesehatan fisik. Kombinasi berbagai pendekatan, baik medis maupun mandiri, dapat membantu mempercepat proses pemulihan dan meningkatkan pemahaman terhadap pemicu gangguan mental.

Salah satu langkah penting untuk meredakan stigma yang kuat terkait kesehatan mental di masyarakat adalah melalui peningkatan ketersediaan informasi yang disampaikan secara luas. Melalui berbagai kelompok dan individu yang terlibat, pemahaman yang mendalam dapat dikembangkan untuk mengubah pandangan yang sudah ada.

Dengan menggantikan paradigma lama dengan pandangan baru, kita membuka jalan menuju perubahan positif yang berkontribusi pada kemajuan Indonesia. Tujuan akhir dari upaya ini adalah untuk menciptakan kesejahteraan yang meresap dalam masyarakat, baik secara fisik maupun psikologis, sembari membangun kesadaran informasi dan pendidikan yang berkelanjutan.